Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

PermataBank Kembali Gelar Acara Wholistic Wealth Terbesar di Indonesia untuk ke-7 Kalinya
Oleh : Irawan
Kamis | 16-09-2021 | 08:04 WIB
permatabank.jpg Honda-Batam
Konferensi pers acara Wealth Wisdom 2021 Bank Permata, Jakarta, Rabu (15/9/2021) (Foto: istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - PermataBank kembali menggelar acara Wholistic Wealth terbesar di Indonesia, Wealth Wisdom 2021 'Wellness to Wealth', pada 17-18 September 2021.

Di tahun ke-7 penyelenggaraannya, PermataBank mengangkat tema Wellness to Wealth untuk mengajak masyarakat bangkit dan optimis dalam menggali potensi diri untuk tetap mengejar aspirasi mereka.

Direktur Retail Banking PermataBank Djumariah Tenteram mengatakan, situasi yang tidak menentu seperti saat ini, masyarakat dituntut untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru dan lebih terhubung secara digital.

Perubahan ini tentu membawa dampak positif terhadap kemajuan teknologi. Namun, di lain sisi juga mengakibatkan peningkatan level stres di masyarakat yang masih belajar untuk memahami hal-hal baru di sekitarnya.

Hal ini turut berpengaruh terhadap penurunan esensial kekayaan yang sesungguhnya. Melalui Wealth Wisdom, PermataBank berkomitmen untuk terus memberikan edukasi literasi dan inklusi keuangan serta mengajak masyarakat untuk bangkit dan optimis menggali potensi diri dan kembali mengejar aspirasi.

"Kami berupaya memberikan wawasan, ide, dan perspektif segar kepada masyarakat untuk dapat lebih memaknai esensi wealth yang sesungguhnya dengan menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan. PermataBank percaya kualitas hidup yang seimbang adalah makna kekayaan sesungguhnya," kata Djumariah Tenteram konferensi pers acara Wealth Wisdom 2021 Bank Permata, Jakarta, Rabu (15/9/2021).

Perhelatan ini akan diadakan secara virtual dengan menghadirkan 24 kelas inspiratif, lebih dari 50 pembicara dari berbagai latar belakang serta rangkaian kegiatan menarik yang dapat diikuti masyarakat secara gratis.

Pengunjung dapat menambah pengalaman baru dan menggali potensi diri dengan menghadiri berbagai kelas yang diisi oleh tokoh ternama seperti Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, Menteri BUMN RI Erick Thohir, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kepala Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, serta Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan RI Periode 2014-2019.

Pembicara lainnya yang berkompeten di bidangnya yang dihadirkan dalam acara ini adalah public figure seperti Andien Aisyah, Dion Wiyoko, Boy William, Cinta Laura, hingga Reza Gunawan juga akan membagikan beragam topik mulai dari kesehatan, investasi, gaya hidup, mindfulness, sampai dengan entertainment.

10 bidang usaha
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali yang hadir dalam acara tersebut, mengatakan pandemi covid-19 meluluhkan para penyangkal disrupsi digital.

Menurutnya, regulator dan pemangku-pemangku kepentingan yang sebelumnya tidak melihat, bahkan menyangkal dan sering mempersulit kedatangan inovasi-inovasi yang disruptif, kini mulai terbuka.

"Demikian pula profesi-profesi seperti dokter, ahli farmasi, perbankan, dosen, ahli statistik yang semula sulit sekali beradaptasi dan berubah haluan kini langsung menemukan dan langsung menyesuaikan diri selama pandemi," kata Rhenald.

Dia mengatakan, perkembangan digital terjadi secara cepat dan signifikan. Setidaknya ada 10 bidang usaha yang telah berubah secara permanen.

Ke-10 bidang tersebut adalah kuliner, pendidikan, hiburan, donasi sosial, alat pembayaran, logistik, fesyen, periklanan, media, dan sektor perumahan.

"Kini semua pengusaha secara voluntary melakukan shifting ke layanan digital," tambahnya.

Ia mencontohkan kehadiran Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial (Mensos) yang memberikan angin segar dengan mengampu lembaga sosial 4.0 Crowd Funding Kitabisa.com untuk memobilisasi donasi publik pada korban-korban bencana.

Penggunaan metode baru dalam memobilisasi bantuan mampu memberi bantuan "on the spot" yang menembus batas-batas birokrasi yang dapat membuat masyarakat khususnya netizen muda, frustasi. Namun di lain sisi, OJK terkesan masih sangat "denial" terhadap inovasi-inovasi karitatif ini dengan membatalkan inovatif-inovatif kreatif disruptif.

"Social crowdfunding yang dilakukan Kitabisa.com menghilangkan persoalan-persoalan sosial. Selain social crowdfunding, dokter kini lebih terbiasa melayani konsultasi Telehealth. Sebelum pandemi, para ahli farmasi dan regulator kesehatan terkesan menolak pemeriksaan kesehatan jarak jauh dan pemberian resep obat tanpa kehadiran fisik pasien," ungkapnya.

Rhenald melihat proses perubahan ke depan mulai terlihat wujudnya, kendati masih dinamis. Sebagian mulai dipermanenkan pengusaha (normal is gone). Tentunya dengan keberhasilan Indonesia menjalankan vaksinasi massal sebanyak 73,8 juta orang (vaksin.kemenkes.go.id, 14 September 2021).

Shifting secara masif dan kreatif dipelopori kaum muda Indonesia terjadi dalam bidang kuliner, pekerjaan, pendidikan, hiburan, donasi sosial, alat pembayaran, logistik, fesyen (khususnya untuk keperluan sosial media), periklanan, media, dan sektor perumahan.

"Semua dipicu pandemi dengan terbentuknya 'Donut Economy' yang membuat pusat-pusat ekonomi lama menjadi kosong seperti lingkaran dalam 'kue' donat, namun padat di sekitarnya," paparnya.

Namun demikian, ia juga mengatakan pentingnya transformasi pendidikan, mewaspadai datangnya gelombang-gelombang pandemi berikutnya yang tidak hanya menyerang manusia (melainkan juga tanaman pangan, hewan peliharaan dan ternak), krisis utang dan kredit perbankan, pemberantasan korupsi, dan meningkatnya ketimpangan ekonomi.

Rhenald melihat, Indonesia akan semakin menyatu dengan dunia global, memasuki era World 4.0 yang akan berlangsung 10-14 tahun ke depan. Era transisi ini disebut sebagai a massive artificial living.

Dipicu kecerdasan buatan, Indonesia akan memasuki era ledakan kecerdasan yang kalau tidak ditindaklanjuti 10 tahun ke depan akan banyak generasi muda yang terdampak sindrom useless generation, sulit bekerja dan berkali-kali menganggur.Selain itu, produk-produk sintetis dan artificial akan semakin banyak beredar.

Editor: Surya