Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Budidaya Madu Kelulut dan Minuman Herbal Jadi Mata Pencaharian Baru Warga Lancang Kuning
Oleh : Harjo
Rabu | 01-09-2021 | 18:22 WIB
madu-jamu-bintan.jpg Honda-Batam
Madu dan Jamu siap konsumsi olahan warga Desa Lancang Kuning, Kabupaten Bintan. (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tak menyurutkan niat warga Desa Lancang Kuning, Kabupaten Bintan untuk berinovasi menciptakan sumber mata pencaharian baru.

Salah satu mata pencaharian baru yang mulai digeluti warga Desa Lancang Kuning, Bintan yakni budidaya madu kelulut serta olahan rempah menajadi jamu dan minuman kesehatan.

Dwi Lestari, salah satu warga yang sudah berhasil membuat jamu dari rempah-rempah dan juga budidaya madu kelulur, mengatakan penghasilan dari usaha barunya itu sangat membatu perekonomian mereka.

"Jamu olahan ini dan madu kelulur kita pasarkan lewat online. Alhamdulillah, peminatknya cukup banyak," ungkap dia, kepada BATAMTODAY.COM, Rabu (1/9/2021).

Saat ini, kata Dwi, budidaya madu kelulur masih dalam tahap pengembangan. Di mana, per bulan baru mampu menghasil 20 liter madu siap konsumsi.

"Setiap panen langsung habis, bahkan kurang," ujarnya.

Mengenai olahan jamu, sambungnya, dibuat dari rempah-rempah, seperti serai, temu lawak, kunyit putih serta lainnya. Hasilnya, ada dua jenis yang sudah masuk tahap pemasaran, yakni Wak Uteh (bahan baku dasar temu lawak, kunyit putih) dan Sejarah (bahan baku serai, jahe merah dan lainnya).

"Semua sudah dikemas, termasuk madu kelulut mulai kisaran harga Rp 10 ribu untuk jenis jamu minuman sekitar Rp 40 ribu setiap kemasan. Produksi kami masih berskala kecil atau home industri," kata dia.

Dikatakan Dwi, omset penjualan dari madu dan jamu itu per minggunya mencapai puluhan juta. Ini semua lantaran peminatnya yang cukup tinggi.

"Makanya kita, terus berusaha untuk mengembangkan baik produk yang sudah ada, dan terus berusaha dengan membuat inovasi baru berbagai bentuk jenis minuman guna meningkatkan perekonomian masyarakat, karena bahan bakunya berasal dari para petani lokal," tandasnya.

Editor: Gokli