Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penolakan Masyarakat Adat Papua pada Separatisme
Oleh : Opini
Kamis | 03-12-2020 | 14:37 WIB
A-BINTANG-KEJORA.jpg Honda-Batam
Bendera Bintang Kejora dikibarkan di depan Kantor KJRI di Australia. (Foto: Ist)

Oleh Agustinus Mareo

TANGGAL 1 Desember sering diperingati sebagai HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kelompok separatis itu selalu merayu warga asli Papua untuk ikut merayakannya dan mendirikan negara sendiri. Masyarakat adat menolak untuk bergabung dengan OPM, karena mereka lebih cinta NKRI.

Permasalahan separatisme di Papua sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Penyebabnya mereka tak mau mengakui hasil pepera (penentuan pendapat rakyat) dan menolak bergabung dengan Indonesia. Sehingga mendirikan organisasi Papua merdeka (OPM). Kaum separatis ini ingin berdikari dan membuat Republik Federal Papua Barat dan menganggap Indonesia adalah penjajah.

Padahal warga asli di Bumi Cendrawasih menolak OPM mentah-mentah karena mereka punya rasa nasionalisme yang tinggi. Kepala Suku Dani, Jembatan Murid, menyatakan bahwa ia dan masyarakatnya tetap memegang teguh kepada kedaulatan NKRI. Bahkan Murid menganggap pemerintah adalah wakil Tuhan di bumi, sehingga wajib dipatuhi.

Muid menambahkan, selama ini pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian khusus kepada masyarakat Papua. Bentuknya berupa pembangunan fisik hingga atensi kepada masyarakat di Bumi Cendrawasih. Saat ini banyak anak-anak Papua yang jadi pejabat pemerintah, baik di wilayahnya sendiri maupun di luar Papua (dalam artian di pemerintahan pusat).

Selain itu, Murid juga berterima kasih kepada anggota TNI yang telah menjaga wilayah Papua dengan baik dari serangan KKB dan OPM. mereka rela mengorbankan fisik dan pikiran, agar ada perdamaian di Bumi Cendrawasih. Murid juga menyeru kepada warga Papua lain agar jangan mau bergabung dengan OPM, karena sama saja menghianati kesetiaan pada NKRI.

Pernyataan Kepala Suku Dani ini memukul telak OPM. Karena di saat mereka makin gencar untuk merayu masyarakat Papua agar mau membelot, namun sang kepala suku malah terang-terangan memihak Indonesia.

Hal ini membuktikan masyarakat adat di Bumi Cendrawasih tidak mau ikut OPM, karena mereka punya rasa cinta tanah air yang tinggi.

Selama ini OPM memang gencar melakukan berbagai cara agar warga asli Papua mendukung mereka. Mulai dari menakut-nakuti masyarakat dengan senjata api, membagikan bendera bintang kejora, sampai tega melakukan kekerasan di lapangan. Bahkan sampai memakan korban jiwa. Semua dijalankan agar mereka punya kader dan simpatisan baru.

OPM juga melakukan provokasi di dunia maya agar masyarakat Papua percaya akan hasutan mereka. Nantinya jika banyak yang terpengaruh, maka akan beralih jadi pro OPM dan mendukung segala aktivitas mereka. Namun sayang usaha ini gagal karena sudah banyak warga sipil yang cerdas dan bisa membedakan, mana yang hoax dan mana yang berita aslinya.

Rupanya OPM lupa ketika masyarakat di Papua dengan mudah mengakses internet, akan muncul banyak berita mengenai kekejaman KKB. Kelompok separatis bersenjata yang berafiliasi dengan OPM telah membunuh banyak warga sipil Papua. Sehingga mereka tak mau jika diajak memberontak, karena kelompok ini terbukti melakukan kekejian kepada saudara sesuku.

Masyarakat di Papua juga bangga jadi bagian dari Indonesia, karena selama ini sudah banyak perhatian dari pemerintah pusat, terlebih di era Presiden Jokowi. Papua berubah dari wilayah terpencil menjadi sangat modern, dengan adanya Jalan Trans Papua, Jembatan Hamadi-Holtekam, dan Bandara Internasional Sentani. Anak-anak juga mendapat beasiswa agar bisa belajar sampai perguruan tinggi.

Provokasi OPM untuk memisahkan Papua dari Indonesia sudah gagal total. Karena warga asli di Bumi Cendrawasih mencintai NKRI dan menolak bergabung dengan mereka. Masyarakat adat juga lebih memilih bergabung dengan Indonesia, karena pemerintah sudah memberi banyak perhatian khusus kepada Papua. Sehingga kehidupan mereka makin maju dan sejahtera.*

Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Bandung