Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ini Alasan Seseorang Gemar Film Horor Serta Menikmati Ketakutannya
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 30-10-2020 | 12:36 WIB
nonton-horor1.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi menonton film horor.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Ada orang yang begitu ogah menonton film bernuansa horor dan bergidik seketika saat suara seram terdengar, tetapi di sisi lain ada yang justru menikmatinya bahkan menganggapnya bagian dari kesenangan.

Mereka ini tidak peduli seberapa berdarah, menjengkelkan, atau mengerikannya film-film seram itu dan bertahan di depan layar hingga akhir film walau sempat menjerit karena kaget atau melompat dari kursi.

Menurut psikolog Elizabeth Kaplunov, rasa takut memberi seseorang aliran adrenalin yakni hormon yang dapat membuat seseorang merasa bersemangat, waspada, dan responsif.

Alasan lainnya, kenikmatan plotnya. Film horor, misteri, thriller biasanya memiliki hal-hal cerdik untuk mengarahkan penontonnya. Agar dapat dipercaya, alur cerita harus secara kreatif menghubungkan hal-hal yang tidak diketahui para penonton.

Selain itu, ternyata ada manfaat terapeutik bagi orang yang memiliki fobia. Film horor mungkin meniru ketakutan atau ancaman kehidupan nyata tetapi para penonton dapat belajar mengendalikan reaksi mereka tanpa berhadapan langsung dengan objek fobia mereka.

Peneliti dari Aarhus University di Denmark meneliti alasan banyak orang bermain dengan rasa takut. Mereka merekrut 100 orang untuk ikut dalam perjalanan ke rumah hantu dengan 50 kamar yang dirancang untuk menakut-nakuti pengunjung.

Ada monitor detak jantung yang disematkan pada para peserta untuk merekam respons mereka secara real-time, lalu kamera untuk melihat reaksi mereka saat ketakutan.

"Dengan menyelidiki bagaimana manusia memperoleh kesenangan dari rasa takut, kami menemukan tampaknya ada kenikmatan dimaksimalkan," kata peneliti seperti dilansir Medical Daily.

Peneliti Marc Malmdorf Andersen dalam siaran pers Association for Psychological Science mengatakan, studi ini memberikan beberapa bukti empiris tentang hubungan antara ketakutan, kenikmatan, dan gairah fisik dalam bentuk rekreasi ketakutan.

Setelah berkeliling rumah hantu, peneliti bertanya kepada peserta tentang pengalaman mereka dan menemukan "zona Goldilocks" yakni istilah dalam astronomi untuk menggambarkan zona layak huni di sekitar bintang.

Jika orang tidak takut, kemungkinan besar mereka akan menunjukkan kekecewaan di wajah mereka, terutama setelah mengunjungi rumah berhantu. Tetapi jika mereka ketakutan hingga hampir pingsan, pengalaman tersebut dapat membuat mereka trauma.

Dalam kasus pertama, mereka mungkin akan bosan dan frustrasi, sementara di kasus kedua, mereka mungkin tidak akan pernah pergi ke rumah berhantu lagi.

Peneliti menemukan, denyut nadi yang naik dan turun selama tur mencerminkan respons fisik terhadap ketakutan rekreasi. Naik turunnya denyut nadi dalam waktu singkat kemungkinan merupakan tanda hal itu menyenangkan.

Orang-orang memiliki cukup waktu untuk menarik napas dalam-dalam, mentertawakannya, dan menenangkan diri untuk tantangan berikutnya.

Namun, ledakan ketakutan yang lama yakni seringnya denyut nadi naik dan turun dalam waktu lama kemungkinan pertanda hal itu tidak menyenangkan. Orang-orang mungkin gagal untuk pulih dari ketakutannya dan dikuasai oleh rasa takut dan ingin segera pergi.

Rasa takut pada umumnya tidak diterima. Tetapi ada situasi di mana rasa takut dapat memberikan efek positif.

Don Saucier dari Kansas State University mengatakan, ketakutan memotivasi orang untuk bertahan hidup. Saat takut, dia berusaha menjaga diri Anda tetap aman. Jika dia takut ketinggian, rasa takut memberi tahunya bisa jatuh dan melukai diri sendiri.

Di sisi lain, ketakutan memperkuat persaingan. Perayaan Halloween menantang orang dari berbagai usia untuk pergi ke rumah berhantu. Jika mereka selamat dari tugas menakutkan itu, mereka mungkin mendapatkan hak membual sebagai satu-satunya yang selamat dan ini bisa meningkatkan kepercayaan diri dan membantu mengelola rasa takut.

Terakhir, ketakutan menginspirasi persatuan. Takut sendirian tidak sama dengan ketakutan bersama. Ketika naluri bertahan hidup muncul, ketakutan dapat menyebabkan beberapa orang bergabung, yang dapat meningkatkan perasaan harapan dan kepercayaan diri.

Tetapi, jika ragu, Anda bisa berkonsultasi dengan pakar psikologi untuk menemukan cara kreatif untuk memerangi rasa takut.

Sumber: Antara