Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Strategi Pemerintah Menjaga Daya Tahan Ekonomi Keluarga
Oleh : Opini
Jum\'at | 02-10-2020 | 14:20 WIB
A-EKONOMI-KELUARGA.jpg Honda-Batam
Ilustrasi ekonomi keluarga tidak mampu. (Foto: Ist)

Oleh Alfisyah Dianasari

SALAH satu faktor keberhasilan dari sebuah keluarga adalah dilihat dari ekonominya. Namun sejak serangan badai corona, keadaan finansial masyarakat banyak yang menurun karena banyak perusahaan memotong gaji karyawan. Pemerintah berusaha menjaga daya tahan ekonomi keluarga dengan program bansos, PKH, BLT, dan lain-lain.

Beberapa bulan ini, daya beli rakyat menurun dan sangat berbahaya karena mengakibatkan pertumbuhan ekonomi negara melambat. Semua lapisan masyarakat terkena imbas dari pandemi covid-19. Pedagang kecil kehilangan pembeli karena mereka mengutamakan kebutuhan pokok. Kelas menengah dan atas kelimpungan karena nilai sahamnya menurun.

Untuk mengatasinya, maka pemerintah segera mengambi tindakan dengan berbagai program. Pertama, pemberian bansos alias bantuan sosial berupa beras dan sembako lain. Ada juga bansos berupa uang senilai 600.000 rupiah. Awalnya bansos akan diberi sampai pertengahan 2020, namun diperpanjang sampai pertengahan 2021 karena pandemi belum berakhir.

Pegawai swasta (non BUMN dan ASN) juga mendapat bantuan berupa uang sebesar 600.000 per bulan, dari pemerintah. Dengan syarat, mereka memiliki gaji di bawah 5 juta rupiah. Presiden mengimbau bahw uang ini jangan ditabung atau dibelikan investasi, tapi dibelanjakan. Tujuannya agar daya beli masyarakat kembali membaik.

Selain bansos, ada juga bantuan senilai 2,4 juta rupiah untuk pengusaha UMKM. Uang itu untuk tambahan modal, sehingga mereka bisa memulai bisnis lagi yang sempat mati suri. Presiden Jokowi mengatakan, bantuan itu untuk dibelikan barang dagangan dan menambah variasinya. Jangan malah dibelikan handphone atau barang konsumtif lain.

Ada juga kartu pra kerja yang diperpanjang hingga gelombang ke-10. Nantinya para pemegang kartu akan mendapat bantuan senilai 600.000 rupiah per bulan. Uang itu didapatkan setelah mereka lulus program peningkatan skill. Di antaranya copy writing dan marketing. Jadi pemerintah tak hanya memberi ikan tapi juga kailnya alias ingin masyarakat meningkatkan keterampilan.

Berbagai bantuan dari pemerintah patut diapresiasi karena bisa meningkatkan perekonomian keluarga. Saat sang ayah kehilangan pekerjaan, ia bisa mendaftar kartu pra kerja dan memperoleh uang yang lumayan. Paling penting, skill dari program itu bisa jadi modal untuk membuka usaha sendiri. Sehingga mandiri dan bahkan mempekerjakan orang lain.

Bansos berupa beras juga bisa langsung dinikmati oleh keluarga, karena merupakan kebutuhan pokok orang Indonesia. Apalagi pada paket bansos tak hanya berisi beras, tapi juga minyak goreng, mi instan, dan lain-lain. Sehingga diperkirakan mencukupi untuk kebutuh dapur selama beberapa minggu. Para ibu rumah tangga bisa menghemat pengeluaran.

Pengusaha UMKM juga mendapat perhatian karena merekalah tulang punggung perekonomian di Indonesia, karena mayoritas perdagangan dilakukan oleh pebisnis kelas kecil dan menengah. Bantuan yang diberi tak hanya sekadar uang tapi juga pendampingan dari pemerintah. Sehingga mereka makin mahir berjualan dan menguasai ilmu marketing.

Dengan banyaknya bantuan dari pemerintah, maka diharap daya beli masyarakat kembali naik. Dengan begitu, perekonomian negara juga ikut naik dan Indonesia bisa selamat dari jeratan resesi yang mengerikan. Stimulus yang diberi oleh pemerintah menggunakan dana APBN dan tidak merugikan negara, karena malah menguntungkan rakyatnya.

Bantuan-bantuan ini juga didistribusikan secara merata ke seluruh rakyat Indonesia. Pemberiannya juga diawasi oleh aparat yang berwenang, sehingga meminimalisir terjadinya kecurangan. Jika terbukti ada penyunatan bantuan oleh oknum pejabat di Desa, ia bisa langsung kena sanksi.

Pemerintah memeperhatikan rakyatnya dan memberi banyak bantuan, mulai dari BLT hingga kartu pra kerja. Tujuannya agar masyarakat kembali makmur dan memiliki keluarga yang sehat secara fisik dan psikis. Karena mereka tak lagi stres memikirkan besok bisa belanja dengan uang dari mana.*

Penulis adalah pengamat sosial tinggal di Depok Jawa Barat