Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Merokok Tingkatkan Risiko Infeksi Virus Corona, Ini Penjelasannya
Oleh : Redaksi
Selasa | 05-05-2020 | 08:20 WIB
ilustrasi-berhenti-merokok12.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Ancaman virus corona terbukti tak main-main terutama buat perokok. Dokter Agus Dwi Susanto, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menegaskan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk berhenti merokok.

Dia menekankan ada empat alasan yang membuat kebiasaan merokok membuat orang rentan terinfeksi virus corona.

1. Gangguan sistem imunitas saluran napas
Bicara soal sistem imunitas, kata Agus, ada dua hal utama yakni gangguan silia dan pengaruh ke sel imunitas tubuh.

Silia berkaitan dengan mekanisme penyaringan udara yang dihirup. Silia memiliki bentuk seperti rambut halus yang bergetar menyaring kotoran kemudian batuk merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan kotoran yang tersaring. Agus berkata kebiasaan merokok dapat melemahkan fungsi silia.

"Pergerakan silia menurun sampai 50 persen hanya dengan dua sampai tiga kali hisapan asap rokok. Akibatnya eliminasi bahan berbahaya di saluran napas menurun," kata Agus dalam sebuah webinar, Selasa (28/4/2020).

Kemudian pengaruh ke sel imunitas tubuh. Saat terjadi gangguan fungsi silia, timbul banyak dahak lalu kuman akan menempati dahak sehingga timbul infeksi.

Dia pun membandingkan foto thorax pasien covid-19 yang perokok (laki-laki) dan non-perokok (perempuan). Perbedaan jelas terlihat pada warna hitam yang menunjukkan ruang udara. Pada pasien covid-19 perokok, warna hitam hanya sedikit, sedangkan warna putih yang menunjukkan infeksi lebih banyak atau luas.

"Severe infection ini ditemukan pada pasien covid-19 perokok," imbuhnya.

2. Peningkatan regulasi reseptor ACE2
Mengutip dari laman Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) adalah enzim yang menempel pada permukaan luar (membran) sel-sel beberapa organ seperti, paru-paru, arteri, jantung, ginjal dan usus. Berkaca dari kasus SARS, peneliti menemukan virus SARS-Cov masuk ke dalam sel inang dengan cara berikatan dengan ACE2.

Kemudian pada kasus Covid-19, protein spike (paku-paku yang menancap pada permukaan virus) virus Covid-19 76,5 persen sama dengan sekuen asam amino SARS-Cov dan protein spike mereka benar-benar sama. Artinya, kedua virus corona ini punya cara yang sama saat menginfeksi sel inangnya.

"Kita ketahui reseptor ACE2 merupakan tempat masuk SARS-Cov-2 (virus corona), risiko Covid-19 pun meningkat," kata Agus.

Dia berkata riset di Kanada menemukan pasien perokok atau dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) memiliki ACE2 lebih tinggi pada saluran napas bawah. Tak hanya pada rokok konvensional, ini pun berlaku pada varian rokok lain seperti shisha dan vape. '

Vaping bisa berisiko meningkatkan infeksi karena menekan sistem imunitas. Pemakaian shisha secara bergantian pun bisa menularkan virus ke orang lain. Bagian alat shisha misalnya selang dan botol berisiko jadi sarang virus karena jarang dibersihkan.

"Shisha, selain terkait sistem imunitas, penularan virus juga jadi lebih mudah. Pipa kan dipakai bergantian, pipa bekas orang lain (yang terinfeksi virus)," imbuhnya.

3. Meningkatkan komorbid
Merokok meningkatkan risiko penyakit kronis yang merupakan komorbid atau penyakit penyerta. Pasien dengan komorbid berisiko tinggi terinfeksi Covid-19. Agus menjelaskan berdasarkan data pasien Covid-19 di RSUP Persahabatan, sebanyak 63 persen pasien memiliki komorbid.

Pasien Covid-19 dengan komorbid berisiko mengalami dampak infeksi lebih berat dan risiko kematian tinggi.

4. Kebiasaan memegang mulut
Aktivitas membakar dan menghisap asap tembakau mau tak mau membuat perokok kerap menyentuh mulut. Padahal ini jadi media transmisi virus. Tangan belum tentu dalam kondisi bersih dan ada kemungkinan kontaminasi dengan virus corona yang berasal dari permukaan.

Berbeda dengan perokok pasif (secondhand smoker), infeksi virus tidak mereka dapat dari aktivitas menyentuh mulut. Namun perokok pasif pun juga dibayang-bayangi risiko infeksi meski lebih kecil daripada perokok aktif.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha