Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Cerita Sejarah Pengembangan Pulau Batam Versi JB Sumarlin
Oleh : Ocep
Kamis | 12-04-2012 | 20:31 WIB

BATAM, batamtoday - Mantan Menteri Keuangan RI Masa Jabatan 1988-1993 dan juga Ketua Otorita Batam kedua periode 1976-1978, Johannes Baptista Sumarlin, bercerita sejarah Batam saat peluncuran buku sejarah "Mengungkap Fakta Pembangunan Batam" Periode Ibnu Sutowo-J.B Sumarlin.

Mantan Menteri Keuangan pada masa Presiden Soeharto, yang kini telah berusia 87 tahun, itu hadir sebagai tamu kehormatan dalam peluncuran buku sejarah perdana di Politeknik Batam, Kamis (12/4/2012).

"Saya terima kasih sudah diundang dalam acara ini meski sudah tertunda dari tahun lalu," ujarnya membuka sambutan.

Dalam agenda itu, JB Sumarlin diberikan sesi khusus untuk memaparkan sejarah Kota Batam pada masa periodenya, melanjutkan masa pimpinan Ibnu Sutowo sebagai Ketua OB yang pertama.

Ia menceritakan tentang ingatan dia saat pertama kali menginjakkan kaki di Batam pada tahun 1975. "Saya ingat pertama kali tahun 1975 saya naik helikopter dari Singapura ke Batam, lalu keliling bekas-bekas proyek pembangunan oleh PN Pertamina," ujarnya.

Pada masa itu, JB Sumarlin melanjutkan, masa kepimpinan Ibnu Sutowo dimana ia harus menghadapi masa krisis keuangan yang dialami PN Pertamina (sekarang PT. Pertamina) sewaktu itu.

Ia membenarkan, karena krisis keuangan Pertamina itulah ia diturunkan ke Batam untuk menyelamatkan Pulau Batam, yang saat itu rencana induk sepenuhnya disusun oleh Pertamina yang juga dipimpin Ibnu Sutowo sebagai Dirut.

Pada Tahun 1960, kata dia, Pulau Batam sudah dijadikan pangkalan supply gas dan minyak bumi PN Pertamina. Lalu pada 1970, Pulau Batam sudah menjadi base pengembangan eksploitasi gas dan minyak bumi.

"itu adalah ketetapan Pemerintah, menetapkan pertamina sebagai pihak yang mengembangkan Pulau Batam," sambungnya.

Namun, pada masa 1970-1975 PN Pertamina tidak bisa melanjutkan pengembangan Pulau Batam sebagai pusat kebutuhan gas dan minyak bumi akibat krisis keuangan yang melanda PN Pertamina.

Kemudian Pemerintah memilih JB Sumarlin sebagai Ketua OB pada 1976-1978 untuk segera mengambil langkah arah baru pengembangan Pulau Batam, apakah dilanjutkan atau tidak mengingat PN Pertamina tidak lagi bisa mengembangkan Batam.

"Langkah saat itu, adalah menghentikan pelaksanaan rencana induk pembangunan Pulau Batam yang disusun Pertamina," terangnya.

Arah pembangunan Pulau Batam pun berubah sejak masa dirinya. Dari base logistic gas dan minyak bumi, JB Sumarlin menyusun pengembangan Pulau Batam menjadi kegiatan alih kapal, parkir kapal dan pembangunan industri.

Selanjutnya, JB Sumarlin merubah status proyek Batam agar masuk menjadi salah satu proyek pembangunan nasional sehingga pengembangannya bisa dibiayai dari dana APBN.

Langkah lainnya termasuk menyelesaikan status aset dan karyawan Pertamina menjadi milik aset Pemerintah dan mempertegas batas daerah pembangunan.

"Sampai 1978, kemudian tugas diserahkan ke Pak Habibie yang saat itu sebagai Menristek untuk menjadikan Batam kota industri hitech dan berhasil membangun Bandara Hang Nadim yang hebat pada waktu itu," tutupnya.