Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Refleksi Sumpah Pemuda
Oleh : Opini
Senin | 28-10-2019 | 10:08 WIB
hanny-gempita.jpg Honda-Batam

PKP Developer

DR. Hanny Andries, Pembina Gempita. (Foto: Ist)

Oleh DR. Hanny Andries

DI BAWAH zamrud khatulistiwa, Tuhan Sang pencipta Semesta Alam telah menghamparkan 17.000 pulau. Menjadi salah satu maha karya, nan indah mempesona. Dengan aneka hayati alamnya yang kaya raya lengkap dengan harta tak ternilai tekandung di dalamnya.

Di sanalah Ia menempatkan manusia, berkelompok-kelompok, suku demi suku, etnis demi etnis. Masing-masing dengan kearifan dan budaya yang beraneka ragam. Berbeda-beda dalam sebuah Kebesaran orkestra Illahi, rukun, damai dan harmony, ITULAH NUSANTARA.

Namun sejarah mencatat, pada Abad ke-16, ada sebuah negeri kecil dari belahan dunia lain, terpikat untuk menguasai Nusantara. Mereka datang dengan kekuatan senapan dan mesiu, namun sesungguhnya bukan senapan yang kelihatan menakutkan itu yang membuat mereka berhasil melainkan sebuah SPIRIT yang tidak kelihatan, benama SPIRIT KOLONIALISME.

Yaitu, Spirit Devide et impera (Semangat Adu domba). Mengalahkan lawan, dengan memanfaatkan kekuatan lawan itu sendiri. Nusantara terpecah. Rakyat dan pemudanya bekerja keras untuk kepentingan sang Kolonial. NAMUN PUJI DAN SYUKUR kepada Tuhan yang maha kuasa. Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1928 Pemuda-Pemudi se-Nusantara terbangun dari mimpi buruknya.

Mereka mulai dikeluar dari kotak-kotak Priomordial yang di bangun oleh sang Kolonial. Melupakan perbedaan, menyatukan persamaan. Dan pada Kongres Pemuda II pada tanggal 27-28 Okt 1928. Lahirlah sebuah Tekad bersama yang menegaskan cita-cita untuk hidup berdampingan sebagai satu saudara di tanah air yang sama, sebagai satu bangsa yang sama, dengan satu bahasa persatuan. Itulah INDONESIA.

Dengan Semboyan luhur Nusantara "Bhineka Tunggal Ika". Mengakui perbedaan sebagai sebuah keniscayaan dan rahmat Tuhan untuk sebuah kesatuan. Itulah SPIRIT Pemersatu dalam perjuangan Pemuda-pemudi, satu-satunya kekuatan merebut kemerdekaan.

Kalau Bukan Senapan yang membuat kolonial unggul, tetapi Spirit Devide et Impera.Demikianpun, Bukan Bambu runcing yang mengalahkan Kolonial, tetapi Spirit Bhineka Tunggal Ika.

Dengan kata lain Dirgahayu Republik Indonesia tidak akan pernah kita ucapkan tanpa ucapan SUMPAH PEMUDA.

Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini telah menjadi kristalisasi semangat dan kesadaran pentingnya persatuanan tekad dan kesatuan hati, untuk meraih kemerdakaan Indonesia yang kita nikmati hari ini.

Jangan marginalkan Peringatan Sumpah Pemuda. Jangan jadikan 28 Oktober hanya sebuah "Event Tanpa makna" tapi Semangat dan Nilai yang harus dilestarikan! Hari ini Indonesia berusia 74 tahun, dan Sumpah pemuda 91 tahun.

Spirit Kolonialisme lama sudah kalah tetapi sadarlah hai Pemuda-Pemudi. SPIRIT KOLONIALISME BARU (Neo Colonialism) sedang menyerbu.

Spirit Kolonial yang sama dengan metode yang baru. Berbeda dengan metode kolonial lama yaitu kontrol militer langsung atau kontrol politik secara tidak langsung.

Kolonialisme baru telah masuk lewat globalisasi budaya menggunakan teknologi maya. Mengubah kultur ke-Indonesiaan kita yang santun, saling menghormati, Gotong Royong, Bhineka Tunggal Ika, sedang di "Koloni/dijajah" oleh KULTUR ultra Modern. Ultra Liberal, Arogansi, Primordialisme, Atheisme. Jiwa dan Spiritnya sama. Yaitu, ADU DOMBA, MEMECAH BELAH Kekuatan Bangsa ini.

Maka, semangat Sumpah Pemuda mulai pudar dari jiwa generasi muda kita, digantikan semangat Sumpah Serapah ultra Liberal.

Apakah kita akan terus menutup mata melihat laju dekadensi budaya dan moral generasi muda kita, atau apakah kita hanya menonton sambil mengusap dada? Tentu tidak.

Kita semua sebagai Generasi Merah Putih Cinta Tanah Air, ingin menggugah dan mengajak semua komponen bangsa, mari kita lakukan sesuatu sebelum benar-benar terlambat.

Jika Merah putih masih berkobar di dadamu, Cinta tanah Air Indonesia masih mengalir dalam darahmu dan Bhineka Tunggal ika masih bersemai dalam jiwamu.

Mari bersama kita Kembalikan Semangat dan Nilai Sumpah Pemuda itu kepada mereka yang akan mewarisi Negeri ini.

Pemuda Pemudi Indonesia, jadilah bijak mendengar dan menyikapi. Segala tindakan, ujaran, ajakan, paham dengan dalih apapun, oleh siapapun, jika itu membangkitkan kebencian, irihati, dendam, dan bersifat merusak semangat kesatuan, mereka itulah KOLONIAL yang sesungguhnya. Imperialis terselubung. Jangan mau jadi keledai tunggangan untuk kepentingan sang pemecah belah.

Jika engkau bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mari hargai Negeri ini sebagai Rahmat-Nya. Negeri dengan berbagai keragaman ciptaan Tuhan. Mari pelihara dan rawat, jangan di biarkan ancur. KITA SEMUA BERSAUDARA.

Selamatkan Indonesia, Selamatkan generasi muda Indonesia.*

Penulis adalah Pembina GEMPITA (Generasi Merah Putih Cinta Tanah Air)