Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Demo Buruh Kontraproduktif di Hari Sumpah Pemuda
Oleh : Opini
Jum\'at | 25-10-2019 | 14:40 WIB
Sumpah-pemuda.jpg Honda-Batam
Ilustrasi semangat Sumpah Pemuda. (Foto: Ist)

Oleh Muhammad Yasin

HAMPIR tiap Tahun Buruh selalu melakukan aksi turun ke jalan, tidak hanya pada hari buruh saja, bahkan di peringatan hari yang lain seperti sumpah pemuda, para Buruh juga tengah merencanakan aksi besar-besaran untuk melancarkan beberapa tuntuntan.

Melihat Fenomena tersebut, tentu timbul pertanyaan mengapa peringatan sumpah pemuda harus diwarnai dengan demo besar-besaran? Kalau setiap tahun dilakukan demo, apakah berarti aksi demo yang sempat dilakukan sebelumnya masih belum mencapai tujuan?

Atau tidak adakah cara lain untuk mencapai tujuan sehingga pada momen selanjutnya tak perlu lagi melakukan aksi demonstrasi.

Demo buruh merupakan hal yang terjadi berulang kali tiap tahunnya, namun tentu perlu dipikirkan kembali strategi lain apabila strategi sebelumnya dirasa tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini tentu perlu dipikirkan agar Hari Buruh bisa ‘elegan’ seperti hari-hari besar lainnya.

Jangan sampai buruh memiliki pemikiran bahwa segala nasib buruh hanya ada di tangan para pejabat, hal ini tentu terlalu sempit. Nyatanya Nasib buruh ditentukan oleh beberapa faktor.

Diantaranya, hubungan kerja antar buruh di perusahaan dan kinerja personal buruh itu sendiri sebagai faktor internal, kemudian faktor eksternal yaitu sistem di luar kelompoknya. Dimana sistem tersebut menyangkut banyak hal, seperti regulasi, situasi perekonomian nasional dan sebagainya.

Jika dirinci, tentu akan banyak faktor internal dan eksternal yang saling terkait dan membentuk "benang kusut" yang kalau isunya terus diakomorid oleh pihak tertentu menyebabkan buruh tidak sejahtera sampai kapan-pun.

Para buruh yang berdemo, terkesan memberikan gambaran bahwa buruh adalah sebuah kelompok yang terdzolimi oleh situasi nasional, padahal bisa jadi ada urusan internal perusahaan tersebut yang belum beres sehingga berdampak pada kesejahteraan buruh yang tidak meningkat.

Tentu saja Demo yang pernah terjadi pada bulan lalu tidak perlu dilanjutkan, apalagi dengan menduduki Gedung MPR karena tuntutan tersebut telah diserap oleh DPR dan pemerintah.

Aksi Demo yang dilakukan para buruh tentu akan mempengaruhi iklim investasi di Indonesia, permasalahan terkait tuntutan RUU tersebut sudah semestinya dibahas secara objektif oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Dalam sebuah relasi intensif antara buruh dengan regulator, regulator dengan situasi lebih luas lainnya tentu saling mempengharuhi. Keterpengaruhan tersebut akan mencapai titik seimbang jika setiap faktor tidak saling “menzolimi” antara satu dengan yang lainnya. Artinya, setiap faktor menjalankan fungsi masing-masing secara benar.

Tititk temu pemikiran tersebut tidak akan didapat jika salah satu bagian sistem tidak berdiri setara. Ketika pengusaha sebagai pengguna jasa buruh ditempatkan pada posisi setara terhadap peraturan dan penerapannya, maka kembali pula pada buruh itu sendiri apakah juga bersikap setara terhadap pengusaha dan peraturan yang sudah disepakati?

Jika aksi demo tersebut dilakukan pada perayaan sumpah pemuda. Alangkah baiknya Para Buruh jangan sampai menodai makna sumpah pemuda dengan mengadakan aksi demo besar-besaran.

Jangan sampai sumpah pemuda yang lahir pada 1928 itu terdistorsi dari masa ke masa, terutama pada hampir setengah abad belakangan ini.

Tentu tidak relevan jika peringatan sumpah pemuda harus diwarnai dengan aksi demonstrasi, apalagi dengan situasi politik yang cukup dinamis saat ini, demonstrasi besar-besaran dalam memperingati sumpah pemuda tentu tak perlu untuk dilakukan.

Makna perjuangan sumpah pemuda bukan berarti dimaknai sebagai unjuk rasa semata, tentunya masih ada cara lain selain aksi turun ke jalan karena tuntutan para buruh pun telah diserap dan diupayakan secara maksimal oleh pemerintah.

Sumpah Pemuda alangkah baiknya dimakai dengan semangat berkolaborasi untuk menjangkau semua lapisan dan bersinergi untuk bersatu memberikan dampak positif bagi sekitar. Sebab dalam sumpah pemuda, gagasan-gagasan pemuda saat itu melebur dan melintasi ruang-ruang perbedaan.

Memang cukup rumit, namun bukan tidak mungkin aksi demo tersebut diredam. Banyak contoh di negara lain nasib buruh sejahtera tanpa gejolak demo tahunan. Masih banyak hal yang bisa dilakukan dalam memperingati sumpah pemuda bagi kaum buruh.

Kalaupun aksi demo tersebut bertujuan ingin melambungkan eksistensi buruh, tentu tak perlu dirayakan dengan aksi demonstrasi besar-besaran, coba rayakan dengan mengadakan upacara sederhana di perusahaan dan membacakan sumpah pemuda, tentu hal tersebut lebih khidmat.*

Penulis adalah pengamat sosial politik