Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pentingnya Hortikultura di Wilayah Kepulauan
Oleh : Opini
Jum\'at | 06-09-2019 | 10:16 WIB
zulfikar-HL.jpg Honda-Batam
Zulfikar Halim Lumintang, S.ST.

Oleh: Zulfikar Halim Lumintang, S.ST.

Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi yang memiliki wilayah berupa kepulauan, hampir sama seperti Kepulauan Riau. Sama-sama memiliki destinasi pemandangan alam berupa pantai yang menakjubkan, dan itu sudah pasti dimiliki oleh wilayah kepulauan.

Namun, yang menarik adalah subsektor perikanan sangat mendominasi kontribusi nilai tambahnya pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di Kepulauan Riau. Sedangkan subsektor perikanan di Nusa Tenggara Barat, tidak memiliki kontribusi nilai tambah yang cukup besar bagi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi nilai tambah subsektor perikanan di Nusa Tenggara Barat mencapai 17,62% pada tahun 2014, kemudian turun 0,03 poin menjadi 17,59% pada tahun berikutnya. Kontribusi nilai tambah subsektor perikanan akhirnya mencapai 18,50% atau meningkat 0,91 poin dari tahun sebelumnya.

Peningkatan kontribusi nilai tambah subsektor perikanan terhadap sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terus berlanjut hingga pada tahun 2017 mencapai 19,09% dan menjadi 19,69% pada tahun 2018.

Meningkatnya kontribusi nilai tambah subsektor perikanan terhadap sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan diikuti dengan tren menurun kontribusi nilai tambah subsektor pertanian pada periode tahun 2015-2018. Penurunan tersebut tidak ekstrem dibuktikan dengan masih berada pada kisaran angka 80%, hanya pada tahun 2018 yang mencapai 79,96%. Subsektor pertanian di Nusa Tenggara Barat masih didominasi oleh tanaman pangan, dengan kontribusi nilai tambahnya mencapai minimal 42% pada periode tahun 2014-2018.

Hal tersebut bisa dipahami, karena Nusa Tenggara Barat masih menjadi provinsi tumpuan utama produsen beras di Indonesia. Sampai tahun ini Nusa Tenggara Barat menempati posisi kedelapan dengan produksi 981.000 ton pada tahun 2019.

Namun yang menarik adalah selain tanaman pangan, ternyata di Nusa Tenggara Barat juga tumbuh tanaman hortikultura yang notabenenya banyak tumbuh di Pulau Jawa. Sehingga menempatkan Pulau Jawa sebagai pemasok utama tanaman hortikultura di seluruh wilayah Indonesia.

BPS mencatat kontribusi tanaman hortikultura terbilang cukup besar, namun selalu mengalami fluktuasi pada periode tahun 2014-2018. Pada tahun 2014 kontribusi nilai tambahnya mencapai 12,98% terhadap nilai tambah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Pada tahun berikutnya mengalami peningkatan 0,02 poin menjadi 13,00%. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2016 menjadi 13,83% atau meningkat 0,83 poin. Namun pada periode 2017 mengalami penurunan 0,39 poin menjadi 13,44%. Hingga akhirnya menurun sampai 12,61% pada tahun 2018.

Penurunan kontribusi tanaman hortikultura pada 2017-2018 yang hampir mencapai 1% tersebut, disebabkan karena sawah yang rusak karena gempa bumi yang terjadi di Nusa Tenggara Barat. Sehingga menyebabkan petani mengalami gagal panen tanaman pangan dan hortikultura.

Di Nusa Tenggara Barat, 26 tanaman sayuran dan buah-buahan semusim. Diantaranya bawang merah yang memiliki produksi tertinggi, yakni mencapai 212.885 ton pada tahun 2018. Jumlah tersebut naik 8,92% dari tahun sebelumnya yang mencapai 195.458 ton. Dengan sentra produksi bawang merah di Kabupaten Bima, bawang merah yang dihasilkan disana juga telah diperdagangkan di Pulau Jawa.

Selain bawang merah, ada juga komoditas cabai rawit dan cabai besar yang terdapat di Nusa Tenggara Barat. Kedua komoditas tersebut paling banyak dihasilkan oleh Kabupaten Lombok Timur.

Di mana pada tahun 2018, Kabupaten Lombok Timur berhasil memproduksi 89,56% produksi cabai rawit di Nusa Tenggara Barat. Sedangkan untuk komoditas cabai besar, Kabupaten Lombok Timur memproduksi 47,84% dari total produksi cabai besar di Nusa Tenggara Barat.

Kemudian komoditas keempat dan kelima terbesar adalah tomat dan bawang putih, kedua komoditas tersebut juga bersentra di Kabupaten Lombok Timur. Untuk sayuran dan buah-buahan semusim, Kabupaten Lombok Timur menjadi sentra produksi di hampir setiap komoditas. Hal ini tentu membawa dampak positif bagi petani di Kabupaten Lombok Timur, dikarenakan bisa memenuhi kebutuhan di kabupaten lain.

Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi kepulauan yang kuat di sektor pertanian. Khususnya di tanaman hortikultura. Namun, produksinya masih bertumpu pada satu kabupaten saja, yaitu Kabupaten Lombok Timur. Hal ini tentu tidak bisa dipaksakan, karena mungkin kecocokan tanah sebagai media tanam berbeda di setiap wilayah.

Namun, ada baiknya untuk mencoba komoditas lain yang mungkin cocok ditanam di wilayah tersebut. Hal ini untuk menambah keanekaragaman komoditas dan meningkatkan nilai tambah tanaman hortikultura terhadap sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Penulis merupakan Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.