Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kini Biaya Menambang Bitcoin Lebih Mahal dari Harga Jual
Oleh : Redaksi
Selasa | 05-02-2019 | 13:28 WIB
bitcoin1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Berdasarkan analisa JPMorgan Chase & Co, jumlah biaya yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas penambangan bitcoin telah melampaui harga jual mata uang digital itu sendiri. Menurut lembaga analis itu, biaya rata-rata global yang dibutuhkan berkisar lebih dari US$4000 pada kuartal empat 2018.

Padahal harga jual bitcoin sendiri pada Januari lalu hanya US$3600. Harga jual ini jauh dibawah nilai bitcoin tahun lalu yang jatuh 74 persen menjadi US$6500. Melihat kerugian ini, tidak heran apabila semakin banyak produsen yang terancam gulung tikar.

"Harga jual bitcoin yang jatuh dari US$6500 menjadi dibawah US$4000 telah mendorong margin keuntungan (penambang) semakin negatif (rugi) di berbagai belahan dunia, kecuali para penambang di China," jelas analis.

Sebagian besar biaya untuk menambang bitcoin berasal dari biaya listrik. Sebab para penambang ini perlu komputer berspesifikasi tinggi yang notabene bakal menyedot banyak listrik, seperti dilaporkan Bloomberg.

Tapi, rendahnya harga bitcoin bukan kabar buruk bagi semua orang. Penambang bitcoin di China telah menemukan cara untuk menekan biaya listrik.

Mereka mendirikan toko di dekat pembangkit listrik dan membuat kesepakatan dengan pemilik untuk menjual listrik dari pembangkit yang tersisa. Dengan cara ini, penambang di China bisa menekan biaya listrik mereka hingga sekitar US$2000 per bitcoin.

Bahkan para produsen bitcoin China bisa menekan biaya produksi penambangan mereka lebih rendah lagi menjadi US$1260.

Cryptocurrency seperti Bitcoin seringkali mengalami fluktuasi yang sangat signifikan dalam jangka waktu yang pendek. Hal inilah yang membuat mata uang digital ini kurang begitu popular di kalangan perbankan.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha