Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Omzet Freeport Diproyeksi Anjlok Lebih dari 50 Persen di 2019
Oleh : Redaksi
Rabu | 09-01-2019 | 18:05 WIB
Freeport-1.jpg Honda-Batam
Freeport Indonesia di Papua. (Foto: Kabarnesia)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pendapatan PT Freeport Indonesia bakal merosot lebih dari 50 persen pada 2019. Hal itu disebabkan transisi operasional dari tambang terbuka (open pit) Grasberg ke tambang bawah tanah (underground).

"Dari prognosa PT Inalum, pendapatan sebelum beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) turun dari tahun lalu US$4 miliar menjadi satu koma (miliar dolar AS)," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Bambang Gatot Ariyono dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (9/1/2018).

Saat ini, peralihan operasional ke tambang bawah tanah (underground) dilakukan secara bertahap, dan kinerja akan lebih kencang mulai 2020. "Nanti (pendapatan) 2020 naik, 2021 naik lagi, terus yang paling optimal sampai 2025 baru akan stabil," ujarnya.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Yunus Saefulhak menambahkan pendapatan Freeport yang menurun sejalan dengan merosotnya produksi perusahaan.

Yunus menyebutkan produksi konsentrat tembaga Freeport sepanjang tahun lalu mencapai 2, 1 juta ton. Sebanyak 1,3 juta ton di antaranya untuk ekspor dan 800 ribu ton sisanya dimurnikan di dalam negeri.

Tahun ini, produksi konsentrat tembaga perseroan diperkirakan hanya akan mencapai 1,2 juta ton. Sebanyak 1 juta ton di antaranya dimurnikan di dalam negeri oleh PT Smelting dan 200 ribu ton sisanya diekspor. "Nanti akan naik lagi. Puncak produksi baru 2025," ujarnya.

Sumber: Republika
Editor: Dardani