Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Banyak Warga Menolak, Vaksinasi MR di Kepri Hanya 58 Persen
Oleh : Ismail
Sabtu | 17-11-2018 | 13:04 WIB
kadinkes-kepri115.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Tjetjep Yudiana. (Foto: Dok Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan mencatat, hingga akhir Oktober 2018 lalu tingkat pencapaian imunisasi vaksin Meales rubella (MR) di Kepri hanya 58 persen.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kepri, Tjetjep Yudiana mengungkapkan, imunisasi MR di Kepri tampaknya masih jauh dari harapan. Dari ditargetkan 98 persen, namun hanya tercapai 58 persen. Padahal Pemerintah Pusat sudah memberikan perpanjangan waktu hingga 31 Oktober 2018 agar pencapaian vaksinasi MR dapat maksimal.

"Kita sudah berusaha semampu dan sekuat tenaga untuk menyukseskan progran nasional imunisasi MR ini. Namun, sambutan dari masyarakat kurang, karena sudah heboh bahwa vaksin MR ini mengandung komponen yang tidak halal," katanya, belum lama ini.

Ia mengakui, dalam pelaksanaan imunisasi beberapa waktu lalu tim dari masing-masing daerah menemui persoalan yang sama dimana pihak sekolah kurang terbuka kepada tim dalam pelaksanaan imunisasi MR ini.

Bahkan tegasnya, ada pihak sekolah yang menutup diri dan tim kesehatan yang akan melakukan sosialisasi dan juga pelaksanaan imunisasi ditolak pihak sekolah.

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui tenaga kesehatannya sudah berusaha dengn susah payah, bahkan sebelum ada fatwa MUI tenaga kesehatan sudah bergerak menyasar sekolah-sekolah. Namun, penolakan dari masyarakat karena berkaitan dengan keyakinan membuat tim tidak berbuat banyak.

"Petugas kesehatan sudah berupaya menyukseskan program ini, namun efek ketidakpercayaan masyarakat menjadi penghambat," ujarnya.

Padahal, menurut Tjetjep, ancaman virus campak dam rubella ini sangat nyata di Kepri. Sepanjang 2018 ini saja, pihaknya mendata sebanyak 114 orang terserang virus tersebut. Dan, yang paling banyak di Kota Batam.

Dengan demikian, ancaman ini sudah pasti ada di Kepri dan sangat berbahaya. Virus yang menyerang ibu-ibu hamil ini akan berdampak pada anak yang lahir.

"Ini yang kita cegah. Jangan sampai anak-anak di Kepri terserang virus berbahaya ini," tukasnya.

Editor: Yudha