Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Adanya Robin Hood Cermin Kesejahteraan Tak Merata
Oleh : Redaksi
Jum'at | 10-02-2012 | 18:47 WIB
Dedi-diperiksa.gif Honda-Batam

Tersangka Dedi saat diperiksa penyidik Satreskrim Polresta Barelang.

JAKARTA, batamtoday - Seperti cerita legenda Robin Hood tokoh fiksi yang melegenda di Britania Raya, usai melakukan perampokan lantas memberikan hasil rampokan kepada masyarakat. Seperti itu juga kawanan perampok kerap beraksi Batam, Kepulauan Riau yang dikenal dengan nama komplotan Dedi ‘Robin Hood’ versi Indonesia yang akhirnya ditangkap oleh Polresta Balerang (7/2/2012).  

Dari tangan mereka disita barang-barang mewah bermerk dan sejumlah perhiasan. Pelaku sering menyumbang uang ke rumah ibadah dan membantu warga sekitar yang kesusahan. 

Anggota Komisi IX DPR RI FPKS Herlini Amran mengatakan tertangkapnya komplotan Dedi atau Robin Hood versi Indonesia tersebut mengindikasikan tidak meratanya kesejahteraan di negara Indoensia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2011 mencapai 29,89 juta orang. 

Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di perkotaan berjumlah 10,95 juta orang pada September 2011, sementara di daerah perdesaan berjumlah 18,94 juta orang pada September 2011.  

“Berarti ada sekat kesenjangan yang sangat jauh antara penduduk miskin di daerah pedesaan dan perkotaan, bisa diindikasikan selama ini pembangunan yang terjadi tidak merata dalam rangka pemerataan kesejahteraan,” kata Herlini, dalam rilisnya kepada batamtoday, Jumat (10/2/2012). 

Ditegaskan Herlini, koordinasi antara kementerian terkait menjadi penting dalam meningkatkan pemerataan kesejahteraan di Indonesia. Bisa jadi selama ini lemahnya koordinasi menjadi penyebab pemerataan kesejahteraan tidak berjalan dengan baik. Koordinasi Kementrian Kesejahteraan rakyat yaitu Kemenkes, Kemendikbud dan Kemensos perlu lebih ditingkatkan.  

"Salah satu hal yang krusial yang lain adalah terkait validasi data orang miskin di Indonesia. Kalau urusan datanya saja belum akurat, maka mustahil program-program yang diluncurkan bisa tepat sasaran," kata dia. 

Herlini mengatakan belajar dari Robin Hood, mestinya Pemerintah harus segera mengevaluasi program-program pengentasan kemiskinan yang selama ini tidak signifikan dalam mencapai visi pembangunan pemerintah dalam pendekatan Pro-Poor

"Mungkin banyak 'Robin Hood' yang lain di luar Batam, karena merasa iba melihat kondisi kesejahteraan yang tidak merata di Indonesia," ujar Herlini.