Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Membaca Kunjungan Dubes Cina ke Rumah Prabowo
Oleh : Redaksi
Sabtu | 29-09-2018 | 07:07 WIB
dubes-cina-prabowo.jpg Honda-Batam
Dubes Cina saat berkunjung ke rumah Prabowo. (Foto: Ist)

Oleh Fatmala Ayu

PENGARUH asing merupakan hal yang sangat mustahil dilenyapkan dalam kehidupan antar bangsa dan negara di dunia, karena tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial, bukan makhluk individualistik. Kerjasama di berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan menjadi fokus utama yang sengaja dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masing-masing negara dalam rangka saling menutupi kekurangan dengan tetap menjunjung tinggi kehormatan dan hukum yang berlaku di suatu negara.

Oleh karena itu, setiap negara pada umumnya akan mengutus perwakilan negaranya untuk di tempatkan di negara yang sudah membuat kesepakatan kerjasama, sebagai perantara dalam menjaga harmonisasi antar negara. Salah satunya adalah keberadaan Duta Besar (Dubes) Cina untuk Indonesia. Duta Besar tentunya tidak akan terlepas dari interaksi dengan Presiden atau pemerintah negara tuan rumah.

Baru-baru ini ada informasi terkait aktivitas Duta Besar Cina untuk Indonesia yang mengunjungi kediaman salah satu Calon Presiden Indonesia. Calon Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan Duta Besar Cina untuk Indonesia, Xiao Qian, di rumah pribadinya di Hambalang, Bogor, pada 26 September 2018.

Prabowo yang juga Ketua Umum Partai Gerindra menerima Xiao Qian didampingi oleh para pengurus Gerindra, seperti Sugiono, Edhy Prabowo, Agnes Marcelina, dan kader-kader Gerindra lainnya. Kunjungan tersebut merupakan bentuk terima kasih Duta Besar Qian yang mengaku bahwa selama berdinas setahun di Indonesia, pihaknya selalu mendapat sambutan hangat dari Prabowo dan Partai Gerindra.

Kunjungan ini menjadi fenomena yang patut disoroti oleh publik mengingat pernyataan kubu Prabowo yang menuding bahwa Jokowi adalah “Antek Cina” tanpa alasan yang rasional. Sebelumnya, Prabowo sendiri sering berteriak “Anti Asing-Aseng”. Tidak jarang pula Prabowo mengkritisi kebijakan pemerintahan Jokowi yang berkaitan dengan negara asing.

Salah satunya adalah masuknya tenaga kerja asing (TKA) Cina dalam jumlah banyak ke Indonesia yang dinilai tidak memikirkan lapangan kerja untuk warganya. Menyikapi hal tersebut, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) TNI Moeldoko mengatakan bahwa TKA yang ada di Indonesia berasal dari berbagai negara dan bukan pekerja kasar.

Mereka merupakan tenaga ahli yang sudah sesuai kualifikasi hukum yang berlaku di Indonesia. Fakta-fakta tersebut dapat berbicara sendiri untuk menguak terkait siapa yang menjadi “Antek Cina” yang sebenarnya. Secara tidak langsung Prabowo juga mengakui bahwa hubungan dengan negara asing seperti Cina pun dinilai perlu dalam hubungan bilateral antar negara.

Dalam kunjungan itu, Dubes Cina juga mengucapkan selamat kepada Prabowo atas pencalonannya sebagai Capres 2019 dan mendoakan Prabowo dan Partai Gerindra sukses pada Pemilu 2019. Fenomena ini memperlihatkan bahwasannya Cina bermain di kubu Prabowo dan kubu Jokowi untuk mencari peluang keuntungan.

Dengan menjalin hubungan yang baik kepada kedua pasangan Capres itu, maka Cina berharap dapat menekan resiko kerugian hubungan bilateral pemerintah Indonesia dengan Cina sambil menyiapkan strategi yang tepat dengan menyesuaikan kepemimpinan pemerintahan yang akan menjabat.

Ibarat pepatah “ada udang di balik batu”, kunjungan Dubes Cina ke rumah Prabowo juga menyampaikan undangan untuk menghadiri China National Day pada 27 September 2018. Tidak ada yang tahu adakah maksud tersembunyi diantara kedua belah pihak. Apalagi terdapat pernyataan Prabowo yang mengharapkan hubungan kerja sama Indonesia dengan Cina akan selalu terjalin dengan baik dan memuji Cina sebagai negara besar yang memiliki pengaruh di dunia.

Masyarakat Indonesia sudah cukup cerdas untuk menilai siapa yang mau menjadi antek bangsa lain, khususnya kepada Capres dan Cawapres yang akan maju di Pilpres 2018. Selain itu, masyarakat juga sudah melek politik terkait sikap apa yang bijak untuk menanggapi isu yang beredar tanpa adanya bukti yang rasional. *

Penulis adalah Mahasiswi IPB Bogor