Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Putusan Atas Ba'asir Tentukan Trend Teroris 2011
Oleh : Tunggul Naibaho
Rabu | 12-01-2011 | 15:01 WIB
tes.png Honda-Batam

Dynno Kresbon, pengamat inteljen (Foto: Ist)

Batam, batamtoday – Pada tahun 2011 ini, ada beberapa prediksi bermunculan terkait kiprah jaringan teroris di Indonesia. Namun demikian, trend teroris tahun 2011 ini memiliki relasi kuat dengan hasil persidangan dari pemimpin kharismatik Mujahidin Ustad Abu Bakar Ba’asir, soal bagaimana persidangan itu berjalan, dan apa keputusanya.

Demikian disampaikan pengamat intelejen Dynno Kresbon kepada batamtoday ketika dihubungi per telepon di Jakarta, Rabu (12/1),

Menurut Dynno, jaringan teroris di Indonesia mendapat pukulan cukup telak dari aparat kepolisian dan Densus 88 pasca penangkapan di kamp pelatihan militer di Aceh beberapa waktu lalu, serta tertangkapnya beberapa tokoh, seperti Fadli Sadama di Malaysia, Abdullah Sonata dan Abu Tholut.

Abu Tholut sendiri merupakan panglima komando tengah dari organ yang menamakan dirinya Kumpulan Mujahidin Indonesia. Penangkpan atas Abu Tholut membuat lumpuhn kordinasi antar sel teroris di tanah air. Sehingga saat ini sel-sel mereka yang berbasis di beberapa daerah konflik, seperti Aceh,Ambon Poso Dan Banten, hanya melakukan konsolidasi semata.

"Selain kordinasi dan mengumpulkan kekuatan, mereka menunggu jalannya persidangan dan keputusan atas tokoh kharismatik mereka, Abu Bakar Ba’asir, yang masih dalam penahanan,” ujar Dynno Kresbon

Menurut Dynno, usai penangkapan pelatihan militer jaringan teroris islam di Aceh, yakni kelompok Mujahidin Aceh, Mujahidin Ambon, Mujahindin Poso dan Banten, berimbas pada sejumlah penangkapan tokoh dan terungkapnya sel jaringan kelompok Islam radikal di tanah air.

"Tertangkapnya Abdulah Sonata, Fadli Sadama dan Abu Tholut, terbukti ampuh melumpuhkan kordinasi jaringan tersebut. Dimana peran sentral Abu Tholut, mantan panglima perang di Afganistan yang juga instruktur militer, mematikan gerak kelompok Mujahidin Indonesia," tandas Dynno.

Aksi konsolidasi kecil, seperti sejumlah perampokan, dengan pola menggunakan sepeda motor dan persenjataan AK 47, seperti perampok Bank di Aceh dan Medan, pun berhasil dicium dan dilumpuhkan Densus 88.

Meski berhasil menangkap sejumlah tokoh dalam aksi tersebut, namun menurut Pakar Intelijen lulusan Unisba ini, aparat belum berhasil mengupas tuntas jaringan tersebut. Sehingga kemungkinan aksi yang sama akan terulang.

Wait and See

Dynno mengungkapkan, kelumpuhan kordinasi kelompok radikal Mujahidin dan Al Qaedah Tanah air, membuat kelompok ini hanya melakukan operasinya di basis-basis konplik yang biasa menjadi tempat mereka bergerak. Seperti daerah Aceh, Ambon Poso dan Banten. Selain itu, mereka mengambil posisioning wait and see, terhadap kondisi yang berkembang, sembari menunggu putusan atas pimpinan kharismatik mereka Baasir, beberapa bulan kedepan.

Pasca putusan tersebut (pengadilan Ba'asir), kuat dugaan mereka akan melakukan aksi balasan terhadap rejim penguasa atau aparat kepolisian, sebagai bentuk respon kelompok teroris ini.

"Dan dari situlah, trend terorisme di Indonesia tahun 2011, muncul”, kata Dynno.
 
Bisa dipastikan, pasca putusan Ba’asir akan terjadi serangkaian teror yang akan mewarnai tanah air, apalagi jika putusan terhadap Ustad Pemilik Pesantren Al Muhkmin, Ngruki Solo, ini divonis berat.
Sehubungan hal itu, diharapkan kesigapan, aparat kemanan kita, dapat meredam aksi terror yang akan muncul sepanjang tahun 2011, jelas Dynno.

Sementara itu persidangan Abu Bakar Ba'asir diperkirakan akan dilangsungkan pada pertengahn Januari bulan ini. Masa tahanan Ba'astir ini akan habis pada 13 Februari, demikian Jaksa Penuntut Umum (JPU) kasus ini, Totok Bambang kepada pers 23 Fesember 2010 sesaat mengantar Ba'asir kembali dari RS Aini sehabis menjalani operasi kataraknya.