Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

KEIN Ajak Pesantren Kembangkan Santripreneur
Oleh : Redaksi
Minggu | 26-11-2017 | 09:32 WIB
santri_preneur.gif Honda-Batam
Irfan Wahid, Ketua Kelompok Kerja Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pesantren zaman sekarang sudah saatnya memperkaya perannya menjadi lebih besar yaitu sebagai pusat inkubasi dakwah berbasis kewirausahaan.

Pesantren diharapkan mampu mencetak entrepreneur-entrepreneur berbakat yang tidak hanya bisa berdakwah kepada umat, namun juga menyejahterakan umat dengan menciptakan banyak lapangan pekerjaan.

Di era digital sepert ini, pesantren tentunya tidak luput dari "tuntutan" memanfaatkan kemajuan teknologi untuk sesuatu yang bermanfaat.

"Saat ini, dunia bergerak menuju zaman yang 'disesaki' dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat perkembangannya. Rasanya akan sulit untuk menemukan orang yang sama sekali tidak pernah terpapar dengan kemajuan teknologi dewasa ini. Begitu pula dengan yang terjadi di Indonesia, data pengguna internet pada Januari 2017 meningkat menjadi 132.7 juta jiwa atau sekitar 51% dari total penduduk Indonesia (We Are Social, 2017). Kini, angka penetrasi digital sudah bergerak menuju angka 56%," jelas Irfan Wahid, Ketua Kelompok Kerja Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/11/2017)

Adanya kemajuan teknologi saat ini juga mengakibatkan terjadinya fenomena disruption terutama di lingkungan industri. Era ini ditandai dengan berubahnya cara kerja atau alur produksi/distribusi menjadi lebih sederhana, efisien, dan murah. Lini bisnis berubah dari single ownership menjadi kolaborasi.

Kolaborasi sendiri sudah sejak dulu kala menjadi core value yang ditanamkan di dalam lingkungan pesantren, misalnya ketika para santri mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an bersama-sama. Saat ini, sebagian besar pesantren hanya mengajarkan para santri untuk berdakwah dan membawa manfaat kepada umat saja. Sudah saatnya, para santri tersebut diajarkan mengenai ilmu-ilmu kewirausahaan.

"Ingat, Rasulullah SAW saja dikenal sebagai pedagang yang ulung. Menjadi santri sekaligus entrepreneur (santripreneur) tentunya akan bisa membawa manfaat yang luar biasa kepada masyarakat sekitar, multiplier effect yang dihasilkan tentunya akan sangat besar," tegas Irfan.

Dalam rangka memperbesar multiplier effect dari program ini, para santri juga harus dibekali dengan pengetahuan mengenai digital. Hal ini akan membuat para lulusan pesantren tidak hanya piawai dalam berdakwah, namun juga akan menjadi santripreneur dengan ilmu entrepreneurship dan digital marketing yang mumpuni. Efeknya, kedepannya akan lahir banyak tech innovator berbasis 'santri milenial'.

Alhasil, mereka dapat menghasilkan bentuk-bentuk usaha baru yang kreatif dan inovatif yang pada akhirnya dapat membawa dampak positif dalam lingkungan masyarakat seperti pembukaan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan.

Jumlah pesantren saat ini yang terdapat di Indonesia berjumlah 28,691 dengan total santri sebanyak 3.65 juta santri atau sekitar 1.4% dari total penduduk Indonesia. Persebaran pesantren sendiri memusat di Pulau Jawa dengan jumlah 23,702 pesantren dan Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak.

Dengan jumlah tersebut, provinsi Jawa Timur sudah seharusnya bisa menjadi pusat inkubasi skala besar yang bisa melahirkan para santripreneur yang bermanfaat bagi umat. Terlebih khusus, Jatim akan menjadi tuan rumah terselenggaranya Santripreneur Award (SPA) 2017, setelah Jakarta dan Yogyakarta di dua tahun sebelumnya.

Sebuah program yang digagas oleh Santripreneur Indonesia yang memberikan penghargaan bagi para santripreneur yang dianggap berprestasi, tujuannya supaya memotivasi santripreneur lainnya dan menjadi promotor bagi santri-santri yang masih berada di pesantren dan para alumni untuk berentrepreneur.

Editor: Surya