Perihnya Tak Punya KTP Batam...
Oleh : Gokli Nainggolan
Sabtu | 28-01-2017 | 08:00 WIB
Bayi-terlahir-tanpa-anus.jpg

Bayi pasangan suami istri, Tuiman dan Siti Hamiyeh yang terlahir tanpa anus (Foto: Gokli Nainggolan)

MALANG nian nasib pasangan suami istri (pasutri) ini. Lantaran tidak memiliki KTP Batam, BPJS Mandiri yang sedianya untuk menanggung biaya operasi anaknya yang lahir tanpa anus itu, tidak bisa dikeluarkan. Parahnya lagi, rekomendasi yang dikeluarkan Komisi IV DPRD Batam "tak laku" di Dinas Kesehatan maupun Dinas Sosial Kota Batam.

Adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menamakan diri mereka Relawan JAMKESWATCH. Ya, sebut saja mereka mendapatkan informasi dari masyarakat tentang adanya keluarga kurang beruntung, pasangan Tuiman dan Siti Hamiyeh, yang melahirkan putra mereka pada Kamis (12/01/2017) sekitar pukul 15.00 Wib di klinik Griya Medika Seipanas Batam secara cesar.

Sekilas, operasi cesar ini masih tidak asing terdengar di telinga masyarakat. Namun, untung tak dapat diraih, malang pun tak dapat ditolak". Sepertinya ungkapan pribahasa itu yang tengah berdiam di tengah keluarga sederhana ini. Betapa tidak, bayi yang keluar dari rahim ibunya itu, terlahir tanpa anus.

Tentu saja kondisi itu berakibat fatal bagi si bayi. Sehingga pihak klinik pun menyarankan dan memberi rujukan agar keesokan harinya si mugil ini dibawa ke RSBK dan harus cepat mendapat penanganan medis lebih lanjut dari para ahli di sana.

Mendapat secarik kertas bertuliskan "Surat Rujukan", Tuiman terperanjat dan terdiam seribu bahasa. Antara bingung dan pasrah berkecamuk di benaknya. Bahkan, asap rokok Gudang Garam Merah yang keluar dari bibirnya, tak mampu memberikan jalan keluar dari persoalan yang tengah ia hadapi.

Tuiman bingung, karena kondisi keuangan keluarganya yang sangat pas-pasan. Kerap kali "jalan terjal nan berliku" harus ia hadapi, hanya untuk sekedar melontarkan kata "meminjam uang" kepada seseorang. Namun tetap saja, seribu satu alasan dia dapat hanya untuk menolak secara halus permohonan pinjaman itu.

Ya begitulah, ternyata tak seindah yang dibayangkan Tuiman, saat pertama berangkat dari kampung halaman menuju gegap-gempitanya kota metropolitan Batam ini. Sebab, jangankan untuk dapat lebih, untuk biaya hidup sehari-hari saja pun cukup sulit ia dapatkan.

Namun, di sela kepiluan hati atas derita yang diderita putranya itu, sambil memohon ia pun berpasrah diri bahwa tiada satupun tempat yang pantas untuk mengadu kecuali kepada-Nya.

Gayung bersambut, tak lama berselang Tuiman didatangi oleh beberapa orang yang menamakan diri mereka Relawan Jamkes Watch, serta menawarkan bantuan pengurusan (advokasi) administrasi demi kelancaran operasi putranya itu. Tentu saja Tuiman senang bukan kepalang, mereka laksana malaikat di mata Tuiman.

Expand