BNPT Pantau Pergerakan WNI yang Pulang dari Suriah
Oleh : Hadly
Jum'at | 02-12-2016 | 10:14 WIB
KaBNPT1.jpg

Kepala Badan Nasional Penanggulanggan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius. (Foto: Hadly)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kepala Badan Nasional Penanggulanggan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius menyatakan sudah banyak warga Indonesia yang pulang ke tanah air dari Syuriah setelah bergabung dengan kelompok ISIS namun tidak dapat dilakukan tindakan hukum.

 

"Ya, sekitar 40-48 orang yang sudah tiba di Indonesia. Tidak bisa di serta merta di proses karena belum terbukti melakukan aksi teror. Tapi meraka tetap dipantau dan dalam pengawasan BNPT," kata Suhardi usai membuka Rapat Sosilisasi Opersonal Prosedur Penanganan Aksi Terorisme pada Objek Vital Nasional Sektor Ketenagalistrikan di Hotel Alium, Jodoh, Batam, Rabu malam kemarin.

BNPT, kata dia berupaya melakukan pencegahan. Selain memantau pergerakan mereka, juga dilakukan sentuhan melalui program deradikalisasi seperti mereka terpidana kasus terorisme yang juga masih berkukuh dengan pemahamannya.

"Masih banyak meraka yang di dalam lapas dengan idiologi yang diyakininya.
Para meraka kami masih terus berupaya keras dengan mengandeng sikolog, dengan ulama yang lebih tinggi pemahaman agamanya. Jadi terus kami dekati supya bisa dia mengerti," ujarnya.

Disamping itu, BNPT juga berupaya menyentuh pada sisi lain dengan peduli pada kelurga dan anak-anaknya supya faham radikalisme yang dianut bisa dinetralisir. Hal itu perlu dilakukan, mengingat pada kasus seorang anak dari pelaku teroris yang meninggal di Syuriah bergabung dengan kelompok teroris.

"Semua sisi kami coba sentuh sehingga faham-faham yang diyakini tersebut bisa segera dinetralisir. Sehingga tidak lagi mengulang hal tersebut," kata Suhardi.

Dari mereka yang disentuh, banyak juga dari mereka yang bisa dideradikalisasi. Dia adalah pelaku intelektual penyerangan sebuah bank di Deli Serdang, Sumatera Utara beberapa tahun lalu.

BNPT bersama tokoh teroris itu membangun masjid dan pondok pesantren antiradikalisasi. Pada pesantren itu, anak-anak dari para mantan teroris dirawat dengan baik, diajari ilmu dan akhlak.

"Jadi tidak selamanya penanggulangan terorisme dilakukan dengan kekerasan. Penanggulanggan juga bisa dengan humanis yang selama ini jarang dilakukan. Dengan cara itu bisa mereduksi paham radikalisasi," kata dia.

Diberitakan sebelumnya, Komjen Suhardi Alius mengatakan kondisi geografis Kepri mengatakan, wilayah geografis Kepulauan Riau (Kepri) yang berdekatan dengan sejumlah negara menguntungkan jaringan teroris Lakukan serangan.

"Di Batam beberapa waktu lalu juga dilakukan penangkapan saat merencanakan aksi di Singapura. Beruntung segera diketahui dan bisa diamankan. Dulu Batam juga menjadi transit orang-orang yang akan berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan terorisme," tuturnya.

Editor: Yudha