9 Orang Dilarikan ke RSUD Embung Fatimah

Puluhan ABK Tanker Keracunan Susu dan Air Mentah
Oleh : Harun al Rasyid
Sabtu | 06-02-2016 | 14:48 WIB
abk-keracunan.jpg
Salah satu ABK tanker yang dirawat di RSUD Embung Fatimah akibat mengalami keracunan. (Foto: Harun al Rasyid)

BATAMTODAY.COM, Batam - Sebanyak 26 orang Anak Buah Kapal (ABK) dari sekitar 50 kru kapal pengangkut minyak atau tanker mengalami keracunan minuman yang mereka konsumsi. Sembilan diantaranya terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Embung Fatimah, Batuaji untuk mendapatkan pengobatan. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun BATAMTODAY.COM, kesembilan ABK tersebut, yakni Adi, Antoni, Memet, Anto, Faisal, Awan, Rocky, Asep, dan Gindo dibawa menggunakan speed boat milik penambang yang dihubungi melalui salah satu penanggung jawab kapal.

Adi (32) salah seorang ABK yang terkena racun mengatakan, penyebab utama keracunan belum diketahui secara pasti.  "Kami ada 26 orang yang keracunan. Sembilan di sini (RSUD Embung Fatimah-red) dan lainnya di rumah sakit lain," kata Adi kepada pewarta, Jumat (5/2/2016) malam. 

Diceritakan Adi, rata-rata ABK itu mengalami mual-mual, lemas, lesu dan sakit kepala setelah mengonsumsi susu merek Panda dan meminum air di dalam kapal tanker itu pada Kamis (4/2/2016) sekitar pukul 21.00 WIB. 

"Habis minum tak kenapa-kenapa. Selesai makan tadi siang (Jumat-red), terus mau kerja baru rasa mual-mual," terangnya. 

Lanjut Adi, biasanya air yang dikonsumsi para ABK dimasak terlebih dahulu. Namun saat diminum kemarin, air itu tidak lagi dimasak. Ia menduga penyebab keracunan terdapat pada air yang berada di kapal. 

"Kalau bukan dari air, mungkin dari susu. Soalnya setelah dilihat susu itu sudah kedaluwarsa," kata Adi lagi. 

Sementara kapal belum diketahui namanya itu saat ini masih berada di tengah laut sekitar perairan Tanjung Balai. Kapal tersebut bermuatan bahan bakar jenis premium dengan ukuran sekitar 400 meter dengan ketinggian mencapai 6 tingkat.

Menurut pria asal Taluk Kuantan, Riau ini, kapal tanker itu menjual minyak di tengah perairan, baik perairan Indonesia, Malaysia maupun perairan internasional. Setiap bulan, para ABK bisa meraup keuntungan dari penjualan minyak senilai Rp 8 juta hingga Rp 9 juta. 

"Kapal itu punya orang asing, saya lupa namanya karena baru kerja 12 hari. Biasanya bongkar minyak di tengah laut," ujarnya. 

Hingga saat ini, beberap pasien keracunan itu masih berada di RSUD Embung Fatimah. Mereka masih menunggu informasi dari pihak kapal tanker terkait biaya pengobatan.

"Kita masih tunggu bos datang. Kalau tak mungkin kami bayar sendiri-sendiri," ujar Faisal saat ditemui di RSUD, Sabtu (6/2/2016). 

Editor: Dodo