Sumpah Pemuda Jadi Momentum Memupuk Persatuan dan Kesatuan Generasi Muda
Oleh : Romi Chandra
Jum\'at | 25-10-2019 | 19:04 WIB
talk-show-RRI.jpg
Kapolresta Barelang AKBP Prasetyo saat talk show di RRI Batam. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Tanggal 28 Oktober tahun 1928, menjadi saksi sejarah tonggak berdirinya perkumpulan anak-anak muda Indonesia dalam memperjuangkan pergerakan kemerdekaan, jauh sebelum Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Makna dari semua itu tercatat sebuah jalan panjang anak-anak muda ketika itu memperjuangkan terciptanya kemerdekaan. Mereka adalah pelopor dan sejarah panjang telah mencatat, apa yang mereka lakukan semata-mata untuk kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia.

Namun yang terjadi di era millenial ini, apakah pemuda masih memikirkan hal yang sama ketika Boedi Oetomo, Wage Roedolf Soepratman dan kawan-kawan tergerak melalui karya-karyanya hingga tercetar di dunia Internasional? Ataukah justru mereka terperangkap dalam hedonisme dan pragmatisme zaman glbalisasi sekarang ini?

Tidak dipungkiri, era milenial yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi telah mengubah kebiasaan-kebiasaan anak muda atau yang disebut 'zaman now' ini cenderung lebih soliter, asyik dengan dirinya sendiri, asyik dengan dunianya.

Teknologi juga telah mengubah perilaku dan pola kehidupan anak-anak muda sekarang menjadi lebih sulit berinteraksi dengan orang lain, karena dengan teknologi semuanya serba mudah, membuat manusia merasa lebih bisa memenuhi kebutuhan sendiri tanpa memerlukan interaksi dengan banyak orang.

Interaksi sosial antar individu justru terjadi lebih banyak di dunia maya ketimbang nyata. Keadaan seperti ini dikhawatirkan menjadikan generasi muda menjadi apatis dan kehilangan kepekaan pada kondisi sosial masyarakat.

Parahnya lagi, ketika keadaan tersebut memicu pragmatisme dalam berpikir. Para pemuda tidak lagi memiliki semangat perjuangan.

Hal ini perlu diantisipasi melalui berbagia kegiatan dan meningkstkan sosilasisai serta memberikan pemahaman pada generasi muda agar bisa memahami kembali apa makna dari Sumpah Pemuda yang sebentar lagi akan diperingati, 28 Oktober 2019.

Seperti yang diungkapkan Kapolresta Barelang AKBP Prasetyo Rachmat Purboyo saat melakukan talk show di RRI Batam, Jumat (25/10/2019). Menurutnya, sebentar lagi akan merayakan momen Sumpah Pemuda, sebuah tonggak sejarah pertama lahirnya kata persatuan dan kesatuan dan lahirnya apa yang dinamakan Bangsa Indonesia, yang terus menjadi semangat sampai dengan sekarang di era milenial ini.

"Sumpah Pemuda sendiri saat ini masih sangat relevan, dan harus terus ditanakan dalam diri dan terutama pada generasi muda. Karena, Sumpah Pemuda diangkat dari nilai-nilai luhur dari bangsa saat itu dan untuk kita serta generasi penerus yang masih hidup saat ini," ujar Prasetyo.

Mungkin, tantangannya kedepan pada saat memperingati Sumpah Pemuda, ialah keinginan untuk memerdekakan negeri ini dari penjajah. Namun di era millenial ini mengisi kemerdekaan tidak lagi dengan mengorbankan darah, atau nyawa. Melainkan dengan pembangunan, serta memanfaatkan kemajuan ilmu teknologi yang terus berkembang pesat.

"Generasi muda harus terus berkarya, yang muda harus berprestasi, melanjutkan pembangunan, untuk Indonesia yang lebih sejahtera," pintanya.

Diakui Prasetyo, sedikit banyak saat ini, persatuan dan kesatuan kita agak digerus dengan yang namanya globalisasi. "Karena itu, di momen yang berbahagia ini harus kembali kita eratkan, kita kokohkan, kita pupuk kembali, persatuan dan kesatuan bangsa, khususnya generasi muda," ajaknya.

Ia juga mengajak seluruh lapisan masyarakat bisa mempersiapkan generasi muda untuk lebih baik, dan siap menghadapi perkembangan zaman. "Mari kita bersama-sama mempersiapkan generasi untuk lebih bisa menghargai perbedaan, karena hal itu yang sekarang agak menggerus persatuan dan kesatuan, serta terlalu mengutamakan kelompok, eksklusifitas kelompok, primordialisme. Padahal semangatnya adalah sumpah pemuda menghilangkan perbedaan dan mengucapkan satu kata Bangsa Indonesia," tegasnya.

Bisa dilihat saat ini lanjutnya, banyak dekali yang mengutamakan kelompok dan menganggap paling hebat. Menganggap kelompoknya paling super, dan segala macam, sehingga kurang menerima perbedaan dari kelompok lain.

"Bisa kita lihat sekarang ini, karena kebanggaan sempit sebuah kelompok, terjadi tawuran anak-anak pelajar, dengan anggapan sekolah mereka lebih hebat dari sekolah lain. Ini yang harus kita buang serta tanamkan sikap persatuan bahwa mereka adalah saudara kita," paparnya.

"Tahun 1928, anak-anak dari berbagai daerah yang jauhnya tidak terbayang. Orang Papua, orang Melayu, semua berkumpul di Jakarta dan seberapa jauh perjalanan yang harus ditempuh tapi dengan semangat satu untuk indonesia, itu semua mereka lalui," lanjut Prasetyo.

Kalau sekarang sesalnya, dengan kemajuan teknologi harusnya bisa lebih mempersatukan itu. Dengan memanfaatkan teknologi, dengan grup-grup media sosial harusnya digunakan sebagai ajang forum kanal untuk mempersatukan kesatuan.

"Tetapi kita sekarang melihat adanya kondisi menyimpang bahwa grup-grup tersebut digunakan untuk saling menghina, saling membuat perbedaan yang memperbesar antar kelompok dengan kelompok," sesalnya.

"Ini yang harus kita resapi bersama dan perlu kita kembali ingatkan, kita pupuk semangat persatuan bahwa kita satu, kita Bangsa Indonesia, dan kita harus lebih mementingkan kepentingan negara ini dibandingkan kepentingan golongan," ajaknya.

Ia juga berharap, semoga kedepan persatuan dan kesatuan dapat dipupuk kembali. Tidak ada lagi yang mementingkan diri mauoun kelompok, melainkan bersama-sama memajukan Indonesia.

Editor: Gokli