Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Dua Perempuan yang Dituduh Membunuh Kim Jong-nam
Oleh : Redaksi
Selasa | 30-05-2017 | 08:00 WIB
terduga_pembunuh_kim2.gif Honda-Batam
Doan Thi Huong (berkaos kuning) dan Siti Aisyah (kanan) mengatakan bahwa mereka mengira mereka ikut serta dalam sebuah acara lelucon TV. (Foto: AFP)

PEMBUNUHAN Kim Jong-nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara, sepertinya akan menjadi salah satu peristiwa yang paling terkenal dalam sejarah. Saat ini, dua perempuan yang diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut akan diadili di Malaysia. Wartawan BBC Vietnam, Nga Pham dan Rebecca Henschke dari BBC Indonesia bersama-sama mengisahkan kedua perempuan itu.

Rekaman dari CCTV di terminal keberangkatan Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia itu tak akan terlupakan.

Dua perempuan mendekati seorang pria paruh baya dari belakang, lalu keduanya melakukan gerakan yang aneh dengan mengusapkan sesuatu ke wajahnya.

Pihak berwenang mengatakan bahwa mereka mengusapkan zat syaraf VX, zat mematikan yang dilarang PBB sebagai senjata pemusnah massal, yang digunakan untuk membunuh Kim Jong-nam.

Kedua perempuan tersebut adalah Siti Aisyah asal Indonesia, 25 tahun, dan Doan Thi Huong yang berkebangsaan Vietnam, 28 tahun, dan mereka akan hadir dalam sidang pengadilan di Kuala Lumpur hari ini, Selasa (30/5/2017).

Saat para perempuan itu mendekati Kim, mereka diawasi oleh sekelompok pria Korea Utara yang tengah duduk-duduk. Mereka dianggap sebagai orang-orang yang "menangani" kedua perempuan tersebut.

Dalam rekaman kamera pengawas, Kim Jong Nam terlihat sempat mencari bantuan di bandara sesaat setelah wajahnya diolesi zat saraf VX yang mematikan.

Sementara itu, Aisyah dan Huong, langsung ditangkap, mereka dituduh melakukan kejahatan pembunuhan, meski tidak merencanakannya.

Mereka bersikeras mengira semua hanya acara lelucon TV dan tidak mengajukan banding saat hadir di pengadilan. Namun, keduanya bisa dijatuhi hukuman mati atas tindak pidana yang mereka lakukan.

Kisah ini terus-menerus menghiasi pemberitaan di media, namun bagaimana sebenarnya keduanya bisa berada dalam posisi ini?

Sebulan sebelum peristiwa pembunuhan terjadi, kedua perempuan itu ditengarai bekerja sebagai perempuan penghibur di Kuala Lumpur.

Polisi Malaysia mengatakan bahwa Doan Thi Huong bekerja di "tempat hiburan" dan Siti Aisyah bekerja di hotel Flamingo, sebuah hotel kecil yang memiliki panti pijat.

Meski semua referensi akan keberadaan kedua perempuan ini di Malaysia mengimplikasikan bahwa keduanya mungkin terjun dalam industri seks, namun sejauh ini belum ada bukti langsung ke arah situ.

Doan Thi Huong tampaknya memiliki beberapa akun Facebook dengan nama samaran seperti Ruby Ruby dan Bella Tron Tron Bella.

Akun-akun di media sosial tersebut menunjukkan bahwa ia adalah perempuan yang percaya diri dan periang.

Catatan imigrasi menunjukkan pola lalu-lalang dari dan ke Malaysia dari berbagai lokasi regional lainnya, seperti Phnom Penh dan Korea Selatan.

Buruh migran, pekerja seks dan perempuan-perempuan penghibur banyak berkumpul di distrik merah Kuala Lumpur.
Di kawasan yang internasional itu, pekerja berasal dari negara-negara seperti Cina, Myanmar, Thailand, Laos dan Kamboja. Jumlahnya cukup banyak. Dan sebagian besar diperkirakan masuk ke Malaysia dengan visa turis.

Di sana juga terdapat beragam jenis pekerjaan yang tersedia bagi para perempuan muda yang ingin menghasilkan uang dengan cepat, seperti menjadi pemandu karaoke, atau pemijat dan penerima tamu-tamu di tempat karaoke.

Belum diketahui secara jelas apakah kedua perempuan tersebut saling mengenal sebelum mereka ditangkap.

Polisi mengklaim bahwa mereka sudah beberapa kali melatih aksi tersebut di pusat-pusat perbelanjaan, dan polisi mengklaim bahwa tindakan yang dilakukan oleh dua perempuan tersebut sudah diperhitungkan sepenuhnya dan keduanya mengetahui segala konsekuensinya.

Pengacara Huong, yang baru bertemu sekali dengan kliennya, mengatakan kepada BBC bahwa tidak ada sesuatu yang khusus dari Huong.

Dan perjalanan kedua perempuan ini ke Kuala Lumpur memang tidak unik. Mereka sama-sama berasal dari wilayah pedesaan yang dikelilingi sawah atau kota pinggiran.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani