Tidur Diemperan dan Berbaur dengan Warga

Kondisi Puluhan Imigran Pencari Suaka di Imigrasi Tanjungpinang Memprihatinkan
Oleh : Charles Sitompul
Selasa | 24-05-2016 | 18:00 WIB
kondisi-pencari-suaka-memprihatinkan.jpg

Puluhan WNA yang terdiri dari Warga Negara Sudan, Afganisten dan Irak, pencari suaka (Reffugee) di Imigrasi Tanjungpinang, kondisinya semakin memprihatinkan (Foto: Charles Sitompul)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Puluhan Warga Negara Asing (WNA) yang terdiri dari Warga Negara Sudan, Afganisten dan Irak, pencari suaka (Reffugee) di Kantor Imigrasi Tanjungpinang, kondisinya semakin memprihatinkan, dan berdampak sosial pada masyarakat sekitar.

Selain tidur di emperan, makan dan minum dengan memasak sendiri itu, keberadaan WNA pencari suaka yang telah tahunan menunggu proses administrasi dan status pengajuan pencari suaka dan ruang di Rumah Detensi Imigrasai (Rudenim) Pusat di Tanjungpinang itu, juga berdampak sosial terhadap terganggunya lingkungan warga sekitar.

Selain melakukan aktivitas, makan dan tidur di emperan kantor Imigrasi, sejumlah warga Negara Asing ini juga tidak jarang yang ke luar dan bepergian ke sejumlah tempat dengan jalan kaki di Kota Tanjungpinang.  

‎Beberapa Warga Negara Asing pencari suaka ini mengaku tidak betah berada di lingkungan Kantor Imigrasi, karena sudah lama menunggu proses administrasi dari pihak IOM sebagai perpanjangan tangan UNHCR.

Ketidak-jelasan nasib pengungsi (Asylum Seekers) serta berapa lama harus menunggu verifikasi data UNHCR untuk mendapatkan status pencari suaka (Reffugee), membuat kehidupan sejumlah pencari suaka di Imgrasi Tanjungpinang itu semakin tidak menentu.

Mahmed, salah seorang Pengungsi Irak inji misalnya, mengatakan dengan memgandalkan lapak kaki lima, barak Kantor Imigrasi, dirinya bersama 2 anak-nya serta rekan senegaranya, telah 1 tahun menunggu proses administrasi dan penempatan pencarian suaka dan ruangan di Rudenim Pusat Tanjungpinang.

"Saya sudah lebih 1 tahun di sini, masih menunggu tempat dan proses administrasi Reffugee dari IOM, untuk ditempatkan di Rudenim atau dikirimkan ke negara ketiga," sebutnya.

Mengenai kebutuhan sehari-hari, selain diakui mendapat makanan dari IOM, pihaknya juga memperoleh kiriman dana dari saudaranya di luar negeri, tetapi untuk mengambil dana itu pihaknya harus mengatas-namakan rekening dari petugas IOM‎.

Hal yang sama juga dikatakan salah seorang warga Sudan. Dari 30 orang warga Sudan yang ada di ruang karantina Imigrasi itu, hingga saat ini sudah 1 tahun lebih menunggu antrian masuk ke Rudenim Tanjungpinang ini.

"Kami belum mendapat kesempatan ditetapkan sebagai Refugee karena prosesnya masih di IOM, untuk masuk ke gedung di sebelah (Rudenim-red). Demikian juga proses pengiriman," ujarnya

Expand