Proyek Box Culvert di Batu 8 Atas Tanjungpinang Tutup Jalan Utama, Akses Ekonomi Masyarakat Lumpuh
Oleh : Devi Handiani
Rabu | 19-07-2023 | 13:24 WIB
tutup-jalan.jpg
Kondisi jalan utama ditutup total akibat proyek Box Culvert di Batu 8 Atas Tanjungpinang. (Foto: Devi Handiani)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Masyarakat yang berdomisili di Kawasan Jalan Raja Haji Fisabilillah, Batu 8 Atas Tanjungpinang, mengeluhkan proyek box culvert atau yang tak kunjung selesai. Pasalnya, pengerjaan proyek ini mengakibatkan jalan utama tertutup sejak 19 Juni 2023 lalu.

Selain itu, warga Perumahan Permata Kharisma, tak jauh dari lokasi proyek tersebut, juga was-was akan serangan banjir. Sebab, parit kecil di depan perumahan itu sudah tertimbun tanah dari proyek tersebut.

Salah seorang warga Batu 8 Atas, Benny, mengatakan, di Tanjungpinang hanya ada 2 jalan utama yang digunakan seluruh masyarakat Tanjungpinang, salah satunya jalan yang ditutup proyek box culvert itu.

"Seharusnya pembangunan box culvert dilakukan dengan perhitungan waktu yang profesional, dan tidak dilakukan penutupan jalan secara keseluruhan, minimal setengah badan jalan dulu. Sebab ini jalan utama ibu kota Provinsi Kepri, banyak dampak buruk yang ditimbulkan, terlebih warga pelaku usaha di kawasan itu," ungkapnya, Rabu (19/07/2023).

Menurut dia, sejak jalan utama tertutup pergerakan ekonomi masyarakat di kawasan itu mengalami penurunan drastis. Bahkan, ada usaha yang tutup dikarenakan jalan utama ditutup, sehingga pengguna kendaraan mencari jalan alternatif yang lumayan agak jauh perjalanannya dan untuk pemilik usaha di sekitar wilayah tidak bisa dijangkau oleh warga.

Warga juga menilai, kontraktor dan pihak-pihak yang terlibat di dalam proyek itu menutup semua badan jalan dengan waktu yang lama, tidak berpikir konsekuensi yang ditimbulkan. "Untuk itu, kami minta kepada Gubernur Kepri agar dengan bijaksana dapat memberikan solusi, bukan hanya menguntungkan kerja kontraktor, tetapi bisa mengimbangi juga pelaku usaha yang merugi dan tak bisa berjualan. Ini jalan utama jangan sesuka hati tutup total, apalagi dengan kurun waktu yang lama," tegasnya.

Sementara Aan, seorang pedangang makanan di kawasan itu, mengaku semenjak penutupan jalan, dagangannya sepi tidak ada pengunjung. "Kondisi seperti ini membuat keluarga kami tambah susah cari makan, tak bisa biaya anak sekolah," keluhnya.

Begitu juga sejumlah pemilik toko yang berada di kawasan itu, mengungkapkan hal yang sama. Penjualan mereka jauh dari harapan, padahal para pemilik toko ini punya tanggung jawab untuk membayar gaji karyawan. Intinya semua jenis usaha masyarakat yang berada di daerah ini terancam bangkrut.

Salah seroang pengawas proyek di lapangan, saat dikonfirmasi awak media, enggan berkomentar. "Saya tidak bisa memberi keterangan, karena saya hanya pekerja saja. Kalau untuk media, silahkan langsung ke pihak yang bertanggungjawab," kata pengawas proyek, yang tak menyebutkan namanya, itu.

Editor: Gokli