Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pasien DBD di RSL Palmatak Anambas Didominasi Masyarakat Desa Nyamuk
Oleh : Fredy Silalahi
Senin | 23-10-2017 | 12:26 WIB
DBD-Palmatak.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Anambas - Pasien Demam Berdarah Dengeu (DBD) di Rumah Sakit Lapangan (RSL) Palmatak didominasi dari Desa Nyamuk, Kecamatan Siantan Timur. 10 pasien rawat inap di RSL, terdapat 8 pasien yang berasal dari Desa Nyamuk sementara 2 lagi dari Tarempa.

"Ini puncak penyakit DBD, sebelumnya tidak pernah seperti ini. Salah satu penyebabnya karena musim hujan. Tahun sebelumnya juga memang tidak pernah seperti ini, baru tahun ini saja," kata Kepala Ruang Inap RSL Palmatak, Muslimat, Senin (23/10/2017).

Muslimat menambahkan, DBD merajalela diakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan, ditambah lagi Kabupaten Kepulauan Anambas tengah menghadapi musim hujan.

"Banyaknya sampah menumpuk sehingga ada wadah air, disitu masyarakat tidak sadar akan adanya jentik-jentik nyamuk. Kami juga sudah anjurkan kepada pasien, agar lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dan sering menguras bak mandi. Sehingga penyakit ini dapat dicegah dan tidak terulang lagi," ucapnya.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas telah membagikan kelambu kepada masyarakat Kecamatan Palmatak dan Kecamatan Siantan Timur. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi atau pencegahan penyakit malaria dan DBD.

Kepala Desa Nyamuk, Kecamatan Siantan Timur mengeluhkan semakin meningkatnya warga yang terjangkit Malaria dan DBD, namun belum ada dokter yang mampu menangani penyakit tersebut.

"Saat ini sudah 8 warga Desa Nyamuk dirujuk ke Rumah Sakil Lapangan Palmatak, karena Puskesmas di sini belum ada dokter. Kami sangat kewalahan dengan kejadian ini," ujar Kades Desa Nyamuk, Zurman belum lama ini.

Zurman berharap, Pemerintah hadir untuk mencari solusi terkait penyakit DBD. Dan dia meminta agar Pemda menyediakan dokter di Puskesmas Kecamatan Siantan Timur. Pasalnya, Puskesmas Siantan Timur sudah setahun lebih tidak memiliki dokter.

"Sebelumnya ada 5 warga yang saya antar ke RSL yang mengidap DBD dan tadi baru berangkat 3 orang. Ini harus menjadi pelajaran, dan kami meminta harus ada dokter yang menangani penyakit itu di desa ini, sehingga tidak perlu dirujuk. Tolong bantu kami," pintanya.

Editor: Gokli