Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menlu Rusia Sebut Trump dan Kim Seperti 'Anak TK'
Oleh : Redaksi
Sabtu | 23-09-2017 | 10:50 WIB
Trump-dan-Kim.gif Honda-Batam
Kim Jong-un (kiri) dan Donald Trump (kanan) saling ejek selama beberapa hari terakhir. (AFP/GETTY IMAGES)

BATAMTODAY.COM, Batam - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengibaratkan perang kata-kata antara Donald Trump dan Kim Jong-un seperti perkelahian sesama bocah di taman kanak-kanak.

Sebelumnya, Kim menyebut Trump sebagai "orang gila" dan "manula". Trump merespons dengan merilis cuitan yang menyebut Kim Jong-un "orang sinting".

Lavrov mengatakan rehat diperlukan "untuk mendinginkan kepala yang panas" menyusul serangkaian uji coba rudal balistik Korea Utara selama beberapa bulan terakhir.

"Ya memang tidak bisa diterima menyaksikan petualangan nuklir militer Korea Utara dengan diam, tapi juga tidak bisa diterima memicu perang di Semenanjung Korea," ujar diplomat senior tersebut.

Ketimbang saling berkelahi, Lavrov menyerukan agar proses politik yang merupakan kunci dari proses di Dewan Keamanan PBB.

"Bersama dengan Cina, kami akan terus memperjuangkan pendekatan dengan akal sehat, bukan menggunakan emosi seperti ketika sesama bocah di taman kanak-kanak saling berkelahi dan tiada seorang pun yang bisa menghentikan mereka," paparnya, seraya menyindir Trump dan Kim.

Dalam pidato di Sidang Umum PBB pada Selasa (19/9/2017), Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berjanji untuk "menghancurkan secara total" Korea Utara jika negara itu mengancam AS dan sekutu-sekutunya.

Trump juga menyebut Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, adalah "manusia roket dalam misi bunuh diri".

Selang tiga hari kemudian, Kim Jong-un merilis pernyataan berbahasa Inggris yang menegaskan bahwa pidato Trump di markas PBB "telah meyakinkan saya, alih-alih menakutkan atau menghentikan saya, bahwa jalan yang saya pilih benar adanya dan itulah yang akan saya tempuh hingga akhir."

Korea Utara, kata Kim, akan mempertimbangkan untuk menempuh "aksi balasan garis keras tertinggi" agar Trump "membayar mahal atas pidatonya".

Kim mengakhiri pernyataannya dengan menekankan bahwa dia "pasti akan menjinakkan manula AS yang gila itu dengan api".

Sejumlah pakar menilai ini adalah pertama kalinya seorang pemimpin Korut menyampaikan pernyataan langsung kepada khalayak internasional sehingga kalimat-kalimatnya perlu ditanggapi secara serius.

Karena itu, Cina berupaya meredakan ketegangan kedua belah pihak. "Semua pihak terkait sebaiknya menahan diri, alih-alih memprovokasi satu sama lain," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang.

Uji coba rudal

Perkembangan program senjata nuklir Korea Utara telah mencapai kemajuan signifikan tahun ini. Beberapa waktu lalu, Korut telah melakoni uji nuklir keenam dan mengklaim telah berhasil membuat hulu ledak nuklir dalam versi mini sehingga muat dipasangkan pada rudal balistik jarak jauh.

Ini menjadi modal bagi Korut untuk melontarkan ancaman terhadap Amerika Serikat. Pada Agustus lalu, misalnya, Korut mengumumkan bahwa mereka merencanakan serangan rudal terhadap Guam, yang merupakan markas militer AS, lokasi pembom strategis dan sekitar 163.000 tentara AS.

Ancaman itu dibalas Presiden Trump yang memperingatkan Pyongyang akan menghadapi 'api dan kemarahan' jika terus mengancam Amerika Serikat.

Lebih jauh, Trump mengumumkan sanksi-sanksi baru terhadap para individu dan perusahaan yang menjalin usaha dengan Korea Utara untuk "memutus sumber-sumber pendapatan yang digunakan untuk mendanai usaha Korea Utara mengembangkan senjata paling mematikan yang pernah dikenal oleh manusia".

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Gokli