Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Makna Hari Raya Idul Adha Bagi Said Aqil Siradj
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 01-09-2017 | 19:26 WIB
said-agil-siraj.gif Honda-Batam
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj saat ditemui di Pesantren Al-Tsaqafah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (31/8/2017). (Sumber foto: Kompas.com)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Momen hari raya Idul Adha tidak hanya dimaknai sebagai ritual ibadah keagamaan bagi umat Islam.

Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, ada makna yang begitu luas di balik perayaan hari raya kurban.

Said mengatakan, di dalam Islam ibadah tidak hanya dimaknai sebagai hubungan spiritual antara manusia dengan Tuhan.

Namun, beribadah juga bisa diartikan sebagai sarana untuk memperbaiki hubungan horizontal, antara manusia dengan sesamanya.

Dia pun mencontohkan hari raya Idul Adha yang menjadi pengingat bahwa manusia harus memiliki kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitarnya.

"Idul Adha itu artinya hari raya kurban. Ada simbol kepedulian sosial terhadap sesama di sana," ujar Said Aqil saat ditemui di Pesantren Al-Tsaqafah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (31/8/2017).

"Ibadah dalam Islam itu bukan hanya ibadah vertikal saja tapi lebaran hari raya yang semua umat bergembira, seluruh umat Islam harus ikut bergembira. Minimal hari ini ikut makan daging. Semua makan, jangan ada yang tidak makan," kata dia.

Momen Idul Adha, lanjut Said Aqil, juga menjadi penanda tingginya tingkat toleransi masyarakat Indonesia.

Di beberapa daerah seperti di Jawa Timur, tidak jarang umat non-Muslim ikut meramaikan hari raya kurban dengan ikut menyumbangkan kambing dan sapi untuk dikurbankan.

Bahkan pembagian, daging itu diberikan untuk semua orang memandang agama orang yang menerima daging kurban.

Said Aqil mencontohkan pesantren miliknya, Al-Tsaqafah, yang menerima sumbangan hewan kurban dari PT Sinar Mas dan Lippo.

Hal itu, kata Said Aqil, menunjukkan solidaritas kemanusiaan tak mengenal suku, agama, ras dan golongan.

"Mereka juga ingin ikut merayakan. Begitu juga dengan di Jawa Timur. Di daerah Kediri masyarakat yang non-Muslim juga ada yang ikut menyumbangkan hewan kurban. Ini kan bisa mempererat hubungan sosial," ucapnya.

Sumber: Kompas.com
Editor: Udin