Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Akibat 402 PDAM Ngutang

Hanya 46 Persen Warga yang Terlayani Air Bersih
Oleh : Charles/Dodo
Selasa | 22-11-2011 | 09:59 WIB
Dirjen_CK_kementerian_PU_pusat.JPG Honda-Batam

Dirjen CK kementerian PU pusat Ir.Budi Yuono Prawiro Sudirjo

TANJUNGPINANG, batamtoday - Kendati Indonesia merupakan negara keempat terbesar penghasil sumber baku air di dunia, namun hanya 46 persen dari jumlah populasi masyarakat Indonesia yang terlayani dengan sumber air bersih, sementara sisanya, masih bergantung pada sumber baku air, yang kebersihannya belum terkelola secara baik.

Demikian dikatakan, Direktorat Jenderal Cipta Karya kementerian Pekerjaan Umum (PU) pusat, Ir.Budi Yuono Prawiro Sudirjo kepada batamtoday di Tanjungpinang, usai melakukan penandatangan MoU Pembangunan Instalasi Revers Oasis (RO) antara Provinsi Kepri dan Pemko di Tanjungpinang pada Senin (21/11/2011). 

Tragisnya, dari seluruh Perusahaan Darah Air Minum (PDAM) di Indonesia, saat ini 402 diantaranya merupakan perusahaan PDAM yang tidak sehat dan mengalami kerugian dan menunggak utang miliaran rupiah akibat pengelolaan yang tidak bagus.

"Hal ini, diperparah dengan semakin tuanya sejumlah peralatan, dan sistim pengelolaan manajemen yang tidak bagus, hingga mengakibatkan kerugian. Dan dari jumlah tersebut, baru hanya 142 PDAM yang merevitalisasi tunggakan utang melalui keringanan angsuran dengan persyaratan yang diberikan Menteri Keuangan," sebut Budi Yuono.

Disinggung apakah PDAM Tirta Kepri termasuk dalam PDAM penunggak utang tersebut, secara klise Budi Yuono, mengatakan kalau memang mau merevitalisasi (menghapus suku bunga) utangnya, hal itu sah-sah saja. Namun tentunya harus dibarengi dengan sejumlah klasifikasi dan persyaratan yang ditentukan.

Oleh sebab itu, mambah Budi Yuono, dengan adanya mega proyek RO yang baru ditandatangani ini, nantinya akan dapat memenuhi ketersediaan air bersih bagi masyarakat di Tanjungpinang. Kendati tarif yang ditetapkan nanatinya akan lebih besar, namun Budi Yuono yakin dengan manajemen serta pelayanan yang baik dari pengelola, masyarakat Tanjungpinang tidak akan keberatan dengan tarif Rp6 ribu hingga Rp7 ribu per meter kubik produksi RO itu.