Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ragam Cerita Para Pelaut Indonesia yang Bekerja di Suriname
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 25-08-2017 | 16:14 WIB
pelaut-indonesia-di-suriname.gif Honda-Batam
Staf KBRI di Suriname tengah berbincang santai dengan para ABK asal Indonesia di barak mereka di kota Paramaribo.(KBRI Paramaribo)

BATAMTODAY.COM, Paramaribo - Tak banyak yang mengetahui, ternyata jumlah warga Indonesia yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di Suriname lumayan banyak yaitu mencapai 400 orang.

Ratusan ABK ini kebanyakan bekerja untuk perusahaan perikanan Taiwan, China, dan beberapa perusahaan lokal Suriname.

Beberapa waktu lalu staf KBRI Paramaribo sempat mengunjungi barak tempat para ABK Indonesia ini tinggal di Suriname.

Pertemuan dengan saudara sebangsa ini kemudian berkembang menjadi arena ngobrol yang mengasyikkan terutama soal pengalaman bekerja di laut.

Baitul dan Harly, dua ABK asal Indonesia mengisahkan, kemampuan para pelaut Indonesia tak kalah dibanding pelaut dari negara-negara lain.

Bahkan, kata mereka, para ABK Indonesia kerap diminta mengajari ABK dari negara lain yang bekerja di bagian pengolahan atau penangkapan ikan.

Edy, salah seorang kapten kapal asal Indonesia, menceritakan kejengkelan mereka jika para ABK dari negara lain melakukan kesalahan-kesalahan kecil saat mereka melaut.

"Pegang alat untuk buka mur saja sering salah. Kalau adalah masalah mesin di laut, saya kerap harus turun tangan sendiri," kata Edy.

Sang juru mesin, kenang Edy, seringkali dengan cepat menyerah saat menghadapi masalah dan mengusulkan untuk kembali ke darat.

Sayangnya, keterampilan dan loyalitas ABK asal Indonesia meski diakui, belum dihargai sepadan.

Sebab, rata-rata ABK asal Indonesia, kecuali kapten dan juru mesin, hanya mendapatkan gaji kurang dari 500 dolar AS atau hanya sekitar Rp6,6 juta sebulan.

Kondisi itu diperparah dengan fakta bahwa sebagian besar ABK asal Indoneia tak memiliki sertifikat keahlian dan kurang kemampuan menggunakan bahasa internasional.

Edy bisa menjadi kapten karena memiliki sertifikat ahli mesin dan fasih berbahasa Mandarin. Sehingga saat ini Edy adalah satu dari sedikit ABK asal Indonesia yang menjadi kapten kapal.

Obrolan semakin hangat saat tema pembicaraan menyerempet soal kebijakan terkait kapal cantrang.

Tak dinyana sebagian besar pelaut Indonesia mendukung kebijakan Menteri KKP Susi Pudjiastuti karena dianggap berpihak kepada nelayan kecil.

Pengetahuan mereka soal kebijakan perikanan Indonesia menjadi bukti bahwa para pelaut ini tetap tak bisa meninggalkan negeri kelahiran mereka meski lama merantau.

Sumber: KBRI Paramaribo
Editor: Udin