Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Catatan IPW di Hari Bhayangkara 2017

Polri Harus Evaluasi Diri Kenapa Teroris Kian Nekat
Oleh : Redaksi
Sabtu | 01-07-2017 | 09:38 WIB
neta2.jpg Honda-Batam
Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW), Neta S Pane.

BATAMTODAY.COM, Batam - Hari Bhayangkara 2017 ini diwarnai duka yang dalam. Teroris berhasil memberikan kado hitam buat Polri dan menjadikan anggota sebagai bulan-bulanan serta target serangan teror.

Setelah bom Kampung Melayu yang menewaskan 3 Polisi, teroris kembali melakukan penyerangan di Markas Polda Sumut dan Masjid depan Mabes Polri beberapa jam menjelang Hari Bhayangkara 2017. Sepertinya, para teroris hendak menyatakan perang terbuka dengan Polri.

Tragisnya, dengan senjata seadanya para teroris nekat menyerang anggota Polisi yang bersenjata lengkap di sekitar markasnya. Bagaimana pun, teroris menjadi musuh utama Polri. Di Hari Bhayangkara 2017 ini, Polri harus mampu membangun dan menegakkan citranya yang profesional hingga jajaran Kepolisian disegani semua pihak, terutama kalangan teroris.

"Kenapa kalangan kepolisian dengan mudah dijadikan bulan-bulanan oleh teroris yang nekat menyerang ke markas kepolisian walau hanya dengan sebilah pisau dapur? Apaka Polri tidak berwibawa lagi sehingga tidak disegani, terutama oleh kalangan teroris?" ungkap Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, dalam keterangan tertulis yang diterima BATAMTODAY.COM, Sabtu (1/7/2017).

"Bisa jadi hal ini disebabkan, sejak beberapa tahun lalu Polisi terlalu agresif melakukan eksekusi mati terhadap para teroris di lapangan, yang ternyata tidak membuat teroris takut dan malah makin super nekat dan menerapkan prinsif 'nyawa dibayar nyawa'," tambah Neta.

Dari berbagai kasus serangan ini, IPW berharap Polri melakukan evaluasi secara menyeluruh, sehingga di Hari Bhayangkara 2017 ini bisa melakukan konsolidasi agar ke depan jajaran Polri benar-benar bekerja profesional, proporsional dan independen. Sehingga Polri disegani semua pihak, terutama kalangan teroris.

"Catatan penting bagi Polri di Hari Bhayangkara 2017 ini, adalah jajaran Kepolisian harus mengevaluasi diri, kenapa teroris makin super nekat melakukan perang terbuka terhadap Polri meski hanya dengan sebilah pisau dapur," tutur Neta.

Kasus penyerangan ini semakin menunjukkan bahwa sistem penumpasan terorisme selama ini sesungguhnya tidak berhasil. Begitu juga konsep radikalisasi yang digalang pemerintah selama ini, gagal total. Terbukti terorisme bukannya lenyap dari Indonesia, tetapi para teroris malah makin super nekat.

Di Hari Bhayangkara 2017 ini penanganan kasus-kasus serangan terhadap Polisi perlu menjadi fokus utama bagi Polri untuk menyelesaikannya, agar tidak terulang terus-menerus. Jika serangan ini terus terulang jajaran Kepolisian tidak bisa fokus untuk menangani tugas-tugas lain dalam melindungi, mengayomi, melayani dan melakukan penegakan hukum di masyarakat.

"Aparat Kepolisian di lapangan akan trauma dengan berbagai kekhawatiran tersendiri terhadap kemungkinan diserang teroris."

Meskipun jajaran Polri mengatakan "kami tidak takut" tapi masyarakat yang cemas terhadap sistem keamanan yang dibangun Polri. Masyarakat makin tidak percaya pada Polri. Masyarakat akan menuding bagaimana Polri bisa melindungi masyarakat wong melindungi dirinya sendiri saja di markasnya tidak mampu.

Untuk itu, krisis kepercayaan masyarakat ini jangan sampai berkembang luas. Polri harus segera melakukan konsolidasi dan evaluasi agar Polri makin disegani semua pihak dan tidak dilecehkan, apalagi menjadi bulan-bulanan teroris yang bersenjatakan pisau dapur.

Dalam konsolidasi dan evaluasi itu, Polri harus menekankan semua jajarannya agar senantiasa bekerja profesional, proporsional dan independen, terutama jajaran yang bersentuhan dengan terorisme, seperti Bimas, Intelijen, Densus 88 dan lainya.

Selain mengevaluasi semua hasil kerja selama ini, Polri juga harus mencari tahu siapa sesungguhnya otak serangan itu. Apakah meluasnya aksi serangan super nekat para teroris ini berkaitan dengan sedang dibahasnya RUU Terorisme di DPR.

"Penyelesaian kasus-kasus serangan ini harus dilakukan agar Polri bisa fokus menyelesaikan tugas-tugasnya dlm melindungi dan menjaga keamanan masyarakat. Jika dibiarkan, berbagai kasus serangan ini akan mereduksi semua prestasi Polri selama ini," demikian Neta S Pane.

Editor: Gokli