Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ketua MPR Minta Silang Pendapat Dihentikan dan Waktunya Amalkan Pancasila
Oleh : Irawan
Kamis | 22-06-2017 | 10:27 WIB
zulkifli-012.gif Honda-Batam
Peringatan Haul Bung Karno ke-47 dan Peluncuran Buku Bung Karno, Islam dan Pancasila. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Ketua MPR RI Zulkifli mengajak seluruh rakyat Indonesia menghentikan silang pendapat soal Pancasila atau anti Pancasila. Dari pada energi bangsa Indonesia habis untuk berdebat, lebih baik berusaha menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Ajakan tersebut disampaikan Ketua MPR ketika memberikan sambutan pada acara "Peringatan Haul Bung Karno ke-47 dan Peluncuran Buku Bung Karno, Islam dan Pancasila". Acara tersebut berlangsung di Gedung Nusantara IV, Rabu (21/6/2017).

Ikut hadir pada acara tersebut Presiden RI ke-5 Megawati Soekarno Putri, Ketua MK Prof. Dr. Arief Hidayat SH, MS, MenkumHam Yasona H. Laoly dan Menteri Koordinator Pembangunan dan Pemberdayaan Perempuan Puan Maharani, serta Menteri Dalam Negeri Cahyo Kumolo.

Sila kelima, kata Ketua MPR tidak mentolerir adanya orang miskin di negara Pancasila. Tapi nyatanya, kemiskinan itu masih gampang ditemukan di Indonesia. Karena itu perlu perjuangan lebih keras agar terwujud cita-cita Pancasila, dan tidak sedikitpun berfikir untuk mundur.

"Harus ada jalan bagi memakmurkan rakyat, karena kalau kesejahteraan itu tidak merata, maka cerita tentang Indonesia bisa berakhir", kata Zulkifli menambahkan.

Pada kesempatan itu, ketua MPR tak lupa menyampaikan terimakasih kepada Bung Karno, seraya berdoa semoga Allah menempatkannya di surga. Terimakasih itu disampaikan kata Zulkifli, karena adanya hari ini, ditentukan oleh perjuangan masa lalu.


Sedangkan Ketua Fraksi PDIP MPR Ahmad Basarah mengatakan, Islam dan nasionalisme atau golongan Islam dan golongan nasionalisme adalah ibarat dua rel kereta api.

Keduanya harus berdampingan dengan kokoh dan seimbang. Jika salah satu relnya patah maka bukan hanya kereta api yang berada di atasnya tidak dapat mengantarkan penumpangnya sampai ke tujuan.

Akibat fatalnya adalah kereta api itu akan terjungkal dan mencelakakan para penumpang yang ada di dalamnya.

"Kalau Islam dan nasionalisme dipisahkan atau diadu-domba maka hancurlah Indonesia," kata Ahmad Basarah dalam sambutan yang diberi judul "Pledoi untuk Bung Karno dan Pemikiran-Pemikirannya".

Menurut Ahmad Basarah, Pancasila yang di dalamnya mengandung unsur-unsur keislaman dan nasionalisme adalah laksana dua rel kereta api.

"Jika keduanya berdampingan dengan kokoh akan dapat mengantarkan negara kesatuan Republik Indonesia dengan segenap rakyatnya yang majemuk, baik dari aspek agama, suku, etnis dan antar-golongan akan sampai pada tujuan bernegaranya. Yaitu, tatanan masyarakat yang subur makmur dan adil serta bahagia lahir bathin (Baldatun Thayyibatum Wa Rabbun Ghafur)," paparnya.

Basarah menambahkan bangsa Indonesia patut bersyukur karena telah diwariskan oleh para pendiri negara sebuah dasar dan ideologi negara yang kualitasnya telah melampaui ideologi bangsa-bangsa lain di dunia.

"Sebagai sebuah bangsa yang besar kita patut bersyukur karena telah diwariskan oleh para pendiri negara sebuah dasar dan ideologi negara yang kualitasnya telah melampaui ideologi bangsa-bangsa lain di dunia. Pancasila lebih baik dari Manifesto Komunis Karen apula sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Pancasila lebih baik dari paham liberalisme/kapitalisme karena punya sila keadilan sosial dan Pancasila juga lebih baik dari sistem khilafah karena punya sila persatuan Indonesia," jelasnya.

Buku "Bung Karno, Islam, dan Pancasila" materi substansinya sebagian besar diambil dari disertasi doktor Ahmad Basarah pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang dengan judul disertasi “Eksistensi Pancasila Sebagai Tolok Ukur dalam Pengujian UU terhadap UUD 1945 di Mahkamah Konstitusi: Kajian Perspektif Filsafat Hukum dan Ketatanegaraan” yang dipertahankan dalam sidang terbuka ujian doctoral pada 10 Desember 2016.

"Semoga hadirnya buku Bung Karno, Islam, dan Pancasila akan memberikan manfaat dan dapat menjadi jembatan pemikiran antara pandangan Golongan Islam dan Golongan Nasionalis dalam menghadapi dan menyikapi perubahan sosial yang sedang terjadi dalam masyarakat Indonesia saat ini," harap Ahmad Basarah.

Editor: Surya