Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemerintah Diminta Realistis Pasang Target Ekonomi 2018
Oleh : Redaksi
Selasa | 13-06-2017 | 12:04 WIB
Ketum-Apindo-01.gif Honda-Batam
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani. (Foto: jurnas)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai, pemerintah perlu lebih realistis dalam memasang target pertumbuhan ekonomi tahun depan terutama dalam memahami kondisi pasar. Tahun depan, pemerintah menargetkan ekonomi dapat tumbuh pada kisaran 5,4 persen hingga 6,1 persen.

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, sah saja bagi pemerintah untuk memasang target yang tinggi kendati cukup jauh dari target tahun ini yang mencapai sekitar 5,1 persen dan diproyeksi dapat tembus dikisaran 5,3 persen. Namun, menurut dia, kondisi pasar saat ini belum mencerminkan dukungan guna mewujudkan target pertumbuhan ekonomi di tahun depan tersebut.

"Kami tidak bisa bicara hanya dari sisi pelaku pasar. Kalau pelakunya optimis, tapi kalau pasarnya tidak ada (gairah), ya bagaimana?" Ujar Hariyadi di sela acara buka bersama yang digelar Apindo, Senin (12/6).

Saat ini menurut Hariyadi, kondisi pasar dirasa belum kembali bergairah. Hal ini lantaran daya beli masyarakat yang masih lemah dan belum pulih, seperti beberapa tahun belakangan. Ia bilang, hal ini terjadi karena sebagian masyarakat masih meragu untuk melakukan aksi, entah konsumen yang akan membeli, maupun produsen yang memproduksi lebih atau berekspansi.

Bahkan, sentimen positif dari perbaikan peringkat layak investasi dari lembaga pemeringkat, Standard and Poor's (S&P) menurut dia, juga tak berpengaruh banyak bila daya beli masyarakat masih lemah. Sebab, investasi yang besar tak memberi imbal balik yang sesuai, sehingga investor bisa saja berpikir ulang.

Demikian pula dengan perbaikan tingkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) dan tingkat negara-negara yang kompetitif. Semuanya dirasa percuma bila pemerintah tak dapat menumbuhkan daya beli masyarakat.

"Kalau daya beli kusut, tidak ada optimisme, orang tidak berani memproduksi barang atau melakukan ekspansi. Jadi, daya beli masyarakat ini perlu dilihat bagaimana pergerakannya," imbuh Hariyadi.

Adapun pada kuartal I 2017 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01 persen. Capaian pertumbuhan tersebut ditopang oleh indikator konsumsi rumah tangga sebesar 56,94 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sekitar 31,56 persen, ekspor 20,5 persen, konsumsi pemerintah 6,58 persen, dan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) 1,19 persen.

Namun, secara pertumbuhan, indikator yang tumbuh paling tinggi adalah ekspor sebesar 8,04 persen, konsumsi LNPRT 8,02 persen, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,93 persen, diikuti PMTB sebesar 4,81 persen, konsumsi pemerintah 2,71 persen.

Sumber: CNNIndonesia
Editor: Gokli