Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

BPOM Temukan Takjil Diduga Berformalin di Batam
Oleh : Hadli
Selasa | 30-05-2017 | 14:50 WIB
uji-sampel1.gif Honda-Batam
Uji sample makanan takjil oleh BPOM Kepri di Batam ramadhan tahun lalu di pasar ramadhaan Batam Center. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kepri menemukan sejumlah makanan takjil berbuka puasa mengandung bahan berbahaya di Batam.

"Sidak di Kecamatan Sekupang kami menemukan makanan mengandung formalin, borax, rhodhamin B, dan met yellow," kata Kepala Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan BPOM Kepulauan Riau ( Kepri), Mardianto, Selasa (30/5/2017).

Dia mengatakan, temuan bahan berbahaya didalam kandungan takjil yang dijual seperti di Tiban dan Sekupang diantaranya sayur nangka, sayur rebung, pempek, kerupuk merah, mie kuning, tahu, cenil, es kolangkaling, sagu mutiara, dan batagor.

"Untuk makanan itu sedang dilakukan uji laboratorium lebih lanjut. Makanannya sudah kami tarik dan memberikan pemahaman kepada penjualnya agar tidak mencampurkan bahan berbahya kedalam makanan," ujarnya.

BPOM, kata Mardianto akan terus melakukan pengawasan di setiap pasar ramadhan di Kepri melakukan pencegahan langsung pada makanan takjik sepanjang bulan suci.

"BPOM juga akan mengawasi pedagang parsel agar tidak mengambil keuntungan lebih besar dengan memasukan barang tanpa izin atau kadaluwarsa yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat," tuturnya.

Sebelumnya, kata Mardianto, BPOM juga sudah turun ke pasar bersama Satgas Pangan Kepri untuk memastikan tidak ada bahan makanan tampa izin edar, kadaluwarsa, dan menggunakan bahan berbahaya yang dijual.

"Bumbu instan tanpa tanggal kadaluwarsa, gula diduga rafinasi, makanan kaleng kadaluwarsa di Pasar Tos 3000 Jodoh ditemukan saat sidak sebelum puasa" ujarnya.

Untuk itu, tambahnya, dihimbau kepada maayarakat sebagai pedagang untuk tidak menjual barang-barang kebutuhan yang mengandung bahan berbaya dan tidak layak konsumsi.

"Masyarakat juga sudah sepantasnya berperan aktif membagikan informasi temuan dugaan makanan yang tidak layak dikonsumsi," paparnya.

Editor: Yudha