Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Memahami Reaksi Pemakaian Parfum pada Tubuh
Oleh : Redaksi
Sabtu | 13-05-2017 | 11:19 WIB
parfum-01.gif Honda-Batam
Ilustrasi parfum.

BATAMTODAY.COM, Batam - Parfum dipercaya sebagai peranti yang mampu mengangkat rasa percaya diri. Bagaimana tidak? Kendati dandanan sudah cantik dan busana pun apik, tapi ketika tubuh tidak wangi, tentu menurunkan tampilan. Kadang menyemprotkan parfum pun tak mengenal waktu, asal aromanya sudah dirasa berkurang, orang menyemprotkannya lagi dan lagi.

Lalu, amankah parfum jika digunakan dalam jangka waktu panjang? Dokter spesialis kulit, dokter Edwin Tanihaha menuturkan, sebenarnya kulit punya mekanisme pertahanan diri ketika ada benda asing yang 'menghampiri' tubuh.

Mengutip dari berbagai sumber, keratinosit sebagai lapisan teratas pada epidermis kulit orang sehat jadi 'tameng' alami kulit.

"Selama tidak ada gejala alergi, tak masalah menggunakan parfum dalam jangka waktu lama," kata dokter Edwin, demikian dikutip CNNIndonesia.com, Kamis (4/5/2017).

Gejala alergi, lanjut dokter Edwin, yang bisa muncul pada kulit setelah parfum disemprotkan antara lain warna kulit menjadi kemerahan, perih dan terasa panas. Jika gejala ini muncul, ia menyarankan untuk menghentikan pemakaian parfum.

Pemilihan parfum, lanjutnya, pertama harus sesuai dengan selera dan yang kedua adalah parfum tidak menimbulkan alergi saat dipakai berkali-kali.

Namun, kadang ketika parfum itu sesuai dengan selera, tapi ada reaksi alergi yang timbul saat terkena kulit. Dokter Edwin pun menyarankan untuk memakai parfum pada pakaian.

"Kalau memang wanginya suka tapi alergi, itu bisa disiasati dengan menyemprot parfum di baju. Yang penting tidak terkena kulit," ucapnya.

Ia menambahkan, siasat ini dapat dilakukan dengan menyemprot parfum pada pakaian, sebelum pakaian dipakai. Hal ini untuk menghindari cairan parfum menembus serat-serat kain dan terkena kulit, apalagi untuk bahan pakaian yang tipis.

Sebelum membeli parfum, baiknya konsumen memperhatikan apakah parfum tersebut 'direstui' peredarannya oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Hal ini, menurut dokter Edwin, luput dari perhatian konsumen.

"Kalau memang mau lebih aman, beli di tempat-tempat yang resmi, bukan asal beli di toko yang tidak resmi," tambahnya.

Selain terdapat lisensi dari BPOM, konsumen juga perlu memperhatikan kandungan zat dalam parfum. Mungkin selama ini konsumen hanya tahu bahwa kandungan alkohol-lah yang selama ini jadi kambing hitam keringnya kulit.

Namun rupanya ada bahan atau zat lain yang perlu diwaspadai. Dokter Edwin menjelaskan, selain alkohol, parfum yang mengandung metanol perlu diperhatikan. Metanol dapat mengakibatkan kulit menjadi mudah iritasi.

"Selain itu CFC (chloro fluoro carbon), penggunaan jangka panjang bisa beresiko peradangan kulit atau kanker kulit," pungkasnya.

Sumber: CNNIndonesia
Editor: Gokli