Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Panglima Memproduksi Film GKM

Sineas Muda Aset Anambas Itu Bernama Sarman
Oleh : Fredy Silalahi
Selasa | 09-05-2017 | 08:00 WIB
pemain_GKM.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Sarman dan para krus Film GKM, Gangster Kampung Man. (Foto: Fredy Silalahi)

DARI tangan seorang PTT, Pegawai Tidak Tetap, Bagian Humas dan Protokoler Pemkab Anambas-Kepri, lahir sebuah karya film action berdurasi 1 jam 30 menit. Bagaimana Sarman meracik serpihan potongan adegan menjadi Film GKM, Gengster Kampung Man? Berikut penuturannya kepada wartawan BATAMTODAY.COM, Fredy Silalahi di Anambas.

Pertengahan Mei 2017 ini, "film kampung" berjudul Gangster Kampung Man (GKM), yang semuanya diproduksi di "kampung". Bahkan, para aktor dan aktrisnya juga bujang dan dara "kampung" Kabupaten Anambas, siap menggebrak dunia perfilman di Batam. Tayang perdana akan dilakukan di Stadion Blitz Kepri Mall Batam.

Jangan bayangkan, film bergenre action itu bertabur nama bintang. Semuanya murni hasil kreativitas dan kekayaan ide seorang budak Anambas, senias muda sang sutradara GKM, Sarman.

Mulai syuting sejak September 2016 lalu, Sarman harus mengurusi semuanya, mulai skenario, pengambilan gambar, editing dan finishig, bahkan sampai harus turun menjadi pelakon. Dengan gaya "jurus mabuk" itu saja, biaya pembuatan Film GKM menelan angka Rp300 juta.

"Semua pemain merupakan anggota dan pengurus dari Penggiat Perfilman Anambas (Panglima). Karena tidak memiliki modal yang banyak, kami syuting sesuai budget yang ada. Kalau tak ada modal, kami istrahat dulu. Beruntung, semua pemain tidak mengharapkan bayaran," kata alumni SMA Bhina Dharma 1 Bandung itu.

Kegigihannya Sarman tampaknya berbuah hasil manis. Berangkat dari mimpi dan semangat yang sama, akhirnya berbagai kendala, mulai dari biaya, cuaca, lokasi syuting dan sebagainya, dapat diatasi. Semuanya ditujukan untuk memuaskan para penikmat film di Indonesia, khususnya masyarakat Anambas dan masyarakat Kepri. Syukur-syukur GKM dapat menembus peredaran film di negara tetangga, Malaysia dan Singapura.

"GKM ini merupakan film kedua yang saya buat. Yang pertama itu film Gubang, yang menceritakan budaya asli Anambas. Kalau GKM ini saya karang berdasarkan keadaan nyata Anambas, yang luasnya peredaran narkoba. Saya melihat, ini perlu diwaspadai semua pihak, sehingga saya berniat membuat film ini," tutur Sarman.

GKM memang berkisah tentang peredaran narkoba di Anambas, dan tentu saja di wilayah lain di perbatasan. Karena semakin masifnya peredaran obat haram itu, Sarman hanya bisa melawan melalui film. Tak salah jika pria kelahiran 7 Mei 1978 Tanjung Linau, Kecamatan Galang, Batam itu juga mengajak seorang anggota polisi aktif dari Polsek Anambas untuk bermain dalam GKM.

Sarman adalah sosok seorang sinieas muda aset Provinsi Kepri yang berangkat dari jalur otodidak. Bermula dari hobinya sejak tahun 2007 silam mengutak-atik gambar dan audio. Hanya bermodalkan kamera, buku panduan dan komputer.

"Awalnya saya sangat tertarik mengedit dan setelah saya jalani, ternyata asyik juga. Dari situ saya membeli sebuah handycam, dari gaji istri. Awalnya, saya mengikuti perlombaan pembuatan video, kemudian membuat video orang nikah. Pembuatan video nikah itu saya tak meminta bayaran, karena yang nikah itu saudara yang di Galang. Waktu di Galang semua terasa sulit, listrik belum normal, komputer hanya pentium tiga, sementara alat itu saya butuhkan untuk ngerender. Kala itu saya butuh waktu satu hari satu malam untuk menyelesaikannya, karena alat seadanya saja," kenang ayah tiga anak itu.

Kini, dengan pesatnya perkembangan kala itu di Batam, membuat Sarman berpikir untuk mencari daerah baru, yakni Kabupaten Kepulauan Anambas.

Tahun 2008, lanjut Sarman, saya berangkat ke Anambas, karena mendengar Anambas mau mekar. Awalnya saya tinggal di Letung, menjual pulsa sekaligus membuka studio foto. Setelah Anambas resmi mekar, waktu itu Pak Camat menawari saya agar bekerja di Pemda. Ternyata saya langsung ditempatkan di Sub Bagian Dokumentasi.

Awalnya, untuk foto dan video kegiatan Pemkab Anambas, saya semua yang cover dengan alat pribadi saya. Baru di tahun 2011 semua alat sudah baru termasuk komputer semakin canggih, dan itu aset Pemkab Anambas.

Editor: Dardani