Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sudah 23 Perusahaan di Batam Tutup Sepanjang Tahun 2017
Oleh : CR-14
Sabtu | 15-04-2017 | 14:02 WIB
PT-Technip-Tanjunguncang.gif Honda-Batam

PT Technip yang berada di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Tanjunguncang, Kecamatan Batuaji, sudah tidak beroperasi lagi. Perusahaan galangan kapal itu dikabarkan sudah tutup sejak 30 Maret 2017 lalu.(Foto: CR-14)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam ,Rudi Sakyakirti mengatakan, sedikitnya ada 23 perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan dan jasa gulung tikar. Akibatnya sekitar 889 orang menjadi pengangguran.

"Berdasarkan data dari Januari - April 2017 ini, ada 23 perusahaan yang tutup. Terakhir itu yang tutup perusahaan Sanyo di Mukakuning," ujar Rudi Sakyakirti saat dikonfirmasi BATAMTODAY.COM, Sabtu (15/4/2017).

Rudi mengatakan, tutupnya 23 perusahaan itu belum termasuk PT Technip, galangan kapal yang berada di Tanjunguncang yang menyebabkan sekitar 500 karyawan kehilangan pekerjaan. "Angka 889 orang itu belum masuk PT Technip karena belum adanya laporan yang masuk," katanya.

Menurutnya, banyaknya perusahaan di Batam yang tutup akibat tidak adanya orderan produksi dari perusahaan induk yang berada di luar Batam. Sehingga membuat perusahaan tak bisa beroperasi.

"Semua karena tak ada orderan dari perusahaan induk, otomatis perusahaan yang berada dibawahnya juga kena dampaknya. Ditambah lagi dengan habisnya barang- barang orderan dari penyalur," terang Rudi.

Dengan banyaknya perusahaan yang tutup, akan menambah angka pengangguran di Batam. Diperparah dengan sulitnya lapangan kerja sehingga nerdampak pada masalah sosial seperti kriminalitas.

Berita sebelumnya, PT Technip yang berada di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Tanjunguncang, Kecamatan Batuaji, sudah tidak beroperasi lagi. Perusahaan galangan kapal itu dikabarkan sudah tutup sejak 30 Maret 2017 lalu.

Baca: PT Technip Tanjunguncang Tutup, 500 Karyawan Kehilangan Pekerjaan

Informasi yang diperoleh di lapangan, perusahaan tersebut dikabarkan pindah ke Malaysia dan pada saat ini tak ada lagi kegiatan produksi di dalam perusahaan itu.

"Hanya tinggal 30 karyawan, itu pun subcon yang menyelesaikan sisa-sisa proyek, ujar Ano, security perusahaan tersebut, Rabu (12/4/2017).

Alat berat perlengkapan perusahaan juga sudah tidak ada lagi di dalam kawasan perusahaan tersebut. Pihak manajemen telah mengeluarkan seluruh perlengkapan dan aset perusahaan mereka.

"Sisa alat yang ada hanya punya subcon-subcon saja, karena mereka harus selesaikan proyek yang tersisa," ujar Ano lagi.

Sementara Denis, mantan karyawan PT Technip yang rumahnya tidak jauh dari perusahaan mengatakan, dengan tutupnya perusahanan itu menyebakan sekitar 500 karyawan harus kehilangan pekerjaan.

Editor: Yudha