Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Drama Penyekapan Anak di Batam

Upaya Negosiasi Masih Berlangsung dengan Atuk
Oleh : Romi Chandra
Kamis | 06-04-2017 | 19:02 WIB
polisi-jaga-garis-polisi.gif Honda-Batam

Petugas Kepolisian berpakaian lengkap, menjaga batas garis polisi agar tidak ada yang masuk maupun mendekat, baik warga maupun pewarta (Foto: Romi Chandra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Drama penyekapan yang dilakukan Atuk dengan nama asli Kamarul Zaman bin Adul Rahman, seorang warga negara Singapura, di Perumahan Seraya Garden nomor 41, hingga pukul 17.45 WIB masih berlangsung.

Sejauh ini, upaya negosiasi masih dilakukan pihak Kepolisian. Selain itu, warga juga masih berada di lokasi untuk menyaksikan kejadian tersebut.

Bahkan, petugas Kepolisian berpakaian lengkap, menjaga batas garis polisi agar tidak ada yang masuk maupun mendekat, baik warga maupun pewarta.

Sementara, pewarta juga belum mendapat keterangan lebih lanjut dari Kepolisian. Situasi terakhir sesuai pantauan, Polisi masih menunggu hasil negosiasi yang dilakukan di dalam rumah.

Berita sebelumnya, Seorang Warga Negara Asing (WNA) asal Singapura yang biasa dipanggil Atuk, menyekap anaknya sendiri, Maisa (8) di dalam rumah nomor 41 kawasan Seraya Garden. Sejak pukul 11.00 WIB tadi, polisi masih berjaga di luar rumah hingga saat ini, Kamis (6/4/2017).

Pantauan di lokasi, Atuk sempat keluar rumah sambil menggendong anaknya, serta memegang parang. Bahkan ia mengancam Polisi, jika mendekat akan menusuk kepala anaknya menggunakan obeng. Setelah itu, ia akan menyayat dirinya sendiri begitu memastikan anaknya meninggal.

Berbagai upaya membujuk Atuk, agar melepas anaknya yang dilakukan pihak Kepolisian belum juga membuahkan hasil. Bahkan Atuk terkesan memang berniat mengakiri hidupnya dengan anaknya. Namun hingga kini, Polisi masih berupaya untuk menyelamatkan anaknya tersebut.

sejauh ini, Atuk masih berdiam diri di dalam rumah yang juga dijadikan indekos tersebut. Rumah itu saat ini hanya berisikan Atuk dengan anaknya. Sebab, Polisi sudah mensterilkan lokasi.

Editor: Udin