Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Harus Punya Filosofi Sepak Bola
Oleh : Redaksi
Sabtu | 01-04-2017 | 12:38 WIB
Luis-Milla1.gif Honda-Batam

Pelatih Timnas Indonesia Luis Milla. (Foto: net)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pelatih tim nasional Indonesia, Luis Milla, mengatakan Indonesia harus memiliki filosofi sepak bola jika ingin mengukir prestasi tertinggi.

Menurut Milla, filosofi bisa membantu Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) membentuk pemain muda dan pelatih berkualitas di tengah keterbatasan anggaran.

"Harus punya filosofi dan kurikulum yang bisa diterapkan dengan serupa di semua lini, semua kelompok umur di seluruh daerah," ujar Luis Milla dalam sebuah perbincangan bertajuk "A Night With The Manager" di Hotel Yasmin, Karawaci, Tangerang, Jumat malam.

Indonesia, kata mantan pemain Barcelona dan Real Madrid ini, memiliki bakat-bakat alami yang sangat bagus, terutama di sektor gelandang yang dinilainya kreatif. Keunggulan ini yang disarankannya untuk terus dikembangkan.

"Kekuatan Indonesia di pemain tengah dan banyak yang punya akselerasi bagus. Dari sini sebenarnya bisa dibangun sebuah filosofi. Yang kurang mungkin posisi penyerang, tetapi saya rasa sektor itu bisa diperkuat dengan memberikan porsi bermain lebih banyak untuk pesepak bola lokal di klub," kata dia.

Salah satu contoh yang berhasil menanamkan filosofi menurut pria Spanyol itu adalah tim Barcelona. Ini terlihat ketika dia melatih tim nasional U-19 Spanyol di kurun waktu 2008-2010.

Saat itu, ada sekitar tujuh pemain Spanyol yang berasal dari tim Barcelona dan mereka menerapkan apa yang didapat dari akademi ke tim nasional.

"Filosofi Barcelona itu sudah ada sejak setidaknya 30 tahun lalu dan diajarkan terus menerus di akademi. Saya senang melihat pemain timnas dari tim Barcelona datang latihan dan menunjukkan filosofi dan sikap ala tim Catalan," tutur Milla.

Milla memang menekankan pentingnya pembinaan pemain muda. Di Spanyol, kata dia, para pemain sudah dilatih sejak umur lima tahun dan setiap kelompok umur memiliki pelatih dengan kualifikasi berbeda-beda.

Namun, dia menyadari praktik pembinaan seperti itu membutuhkan dana sangat besar yang sulit untuk disamai PSSI.

Sumber: Tempo.co
Editor: Yudha