Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kesaksian Ujang dan Ros

Otak Pembunuhan Putri Adalah AKBP Mindo Tampubolon
Oleh : ali/ sn
Jum'at | 21-10-2011 | 13:21 WIB
mindo.jpg Honda-Batam

Ilustrasi: AKBP Mindo Tampubolon.

Sesampai di Batam, tersangka pembunuh Putri Mega Umboh, yakni Ujang dan Ros, langsung diperiksa Kejati Kepri. Seperti pada pemeriksaan sebelumnya, kesaksian Ujang tak berubah: AKBP Mindo Tampubolon adalah otak pelaku pembunuhan terhadap Putri Mega Umboh.

Jum'at (21/10/2011), Ujang dan Ros digiring oleh anggota Kepolisian Daerah (Polda) Kepulauan Riau (Kepri) ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Batam. Di sana kedua tersangka pembunuhan Putri Mega Umboh itu diperiksa oleh dua anggota Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kepri Sunarwan dan Saiful Anwar Nasution.

Ujang menceritakan ihwal pembunuhan Putri Mega Umboh --istri dari AKBP Mindo Tampubolon, yang mayatnya ditemukan akhir Juni 2011. Sekadar untuk diingat, kala itu AKBP Mindo Tampubolon menjabat Kasubdit II Ditreskrimsus Polda Kepri.

Pembunuhan Putri dilakukan pada Jum'at (24/6/2011) di Perumahan Anggrek Mas III, Baloi, Batam. Menurut Ujang, pembunuhan tersebut telah direncanakan oleh AKBP Mindo Tampubolon.  

 "Saya ditawarkan pekerjaan ini dari Mindo melalui Ros dengan bayaran sebesar Rp 25 juta. Saya mau menerima tawaran ini karena membutuhkan uang sebesar itu untuk perobatan mata ibu saya di kampung," ujar Ujang kepada penyidik Kejati Kepri yang diiyakan oleh Ros. Sekitar dua minggu sebelum kejadian, melalui Ros, Mindo mengajak Ujang bertemu di Baloi (tempat tinggal Ujang). Dari pertemuan itu, Ujang setuju, namun untuk informasi lanjutannya Ujang belum mengetahui kapan pastinya. "Waktu itu Mindo bilang, akan dikabari lewat Ros," tuturnya.

Dari pertemuan pertama itu, Ujang masih berpikir dan penuh tanda tanya, kenapa harus istrinya yang dibunuh, apakah tidak ada cara lain. Akan tetapi karena membutuhkan sejumlah dana puluhan juta, Ujang tetap menunggu informasi lanjutan.

Ros yang sering kabur dari rumah Mindo akibat sering mendapatkan perlakuan kasar dari korban, dimanfaatkan oleh Mindo: dengan mengatur rencana pertemuan kedua dengan menyuruh Ros kabur kembali.

Dari situlah pertemuan kedua berlangusng di Tiban dan Baloi. Mindo telah mensurvei beberapa lokasi untuk menghilangkan jejak bahkan melibatkan taksi berwarna merah untuk memuluskan rencana.

"Tanpa sengaja pertemuan berikutnya di Nagoya Hill. Ketika itu saya dan Ros sedang berbelanja dan bertemu dengan Mindo dan temannya yang saya tidak kenal." "Kamu ikutin saya ya," ujar Mindo saat itu. Ujang menjawab: "Tidak!" "Kenapa kamu bisa di sini?" tanya Mindo. "Saya belanja sama Ros Pak," jawab Ujang.

Setelah beberapa hari dari pertemuan yang tidak disengaja, Ros menghubungi Ujang untuk menjalankan aksinya sesuai skenario yang telah di atur oleh Mindo. "Rabu (22/6/2011) malam, saya bergerak ke rumah mereka dengan menggunakan tukang ojek yang saya kenal."

"Saya minta diantar dari belakang perumahan, di tanah lapang itu saya minta diberhentikan," katanya sembari menirukan uacapan tukang ojeknya itu agar hati-hati dan jangan lama-lama --yang diketahui oleh tukang ojeknya itu bahwa dirinya hanya mau menginap di rumah majikan pacarnya. Dengan memanjat dinding setinggi 1,6 meter yang mengelilingi komplek perumahan tergolong mewah di Batam, Ujang masuk ke rumah keluarga Polri itu melewati pintu belakang.

"Di bekang rumah ada setengah tembok dan setengah pagar besi, jadi dengan mudah saya masuk ke rumah itu lewat atap yang saya potong menggunakan pisau dapur bergagangkan teralis. Dan yang saya bawa lagi adalah nasi bunngkus untuk Ros, karena Ros mengaku tidak dikasih makan dan kelaparan," cerita Ujang yang diteruskan Ros bahwasanya kedua majikannya kalau mau makan pergi keluar.

Setelah memanjat, sebelumnya Ujang telah menghubungi Ros, sehingga ada kusri untuk Ujang turun dari atap belakang. Di dalam rumah, Ros menempatkan Ujang di sebuah ruangan lantai dasar yang dijadikan gudang.

"Ya pak, Ros sudah tahu kedatangan saya, karena sudah saya hubungi sehingga ada kursi untuk saya turun," jawab Ujang.

Selama satu malam Ujang berada di dalam gudang tanpa diketahui oleh Putri. Pada Kamis (23/6/2011) pagi, Ujang melakukan pengecekan seisi rumah setelah Putri dan Kesya (anak Putri) dan Ros mengantar Mindo ke Mapolda Kepri untuk dinas. Sore harinya, Putri, Kesya dan Ros kembali.

"Ketika itu Mindo belum pulang, saya tidak tahu kenapa. Malam, Mindo baru pulang menggunakan taksi, seperti yang diucapkan oleh Ros kepada saya. Karena malam itu Ros menemui saya karena sedang nangis habis dibentak dan dipukul Putri."

"Tenang kalau gitu akan saya gorok! tapi ketika itu saya hanya memperagakan tangan melintas di leher saja, takut kedengaran Putri," tuturnya yang kembali diiiyakan oleh Ros dengan angggukan. Saat itu Ros bilang, "Janganlah kamu bunuh ibu, kasihan." Ujang mengatakan bahwa Ros tidak mengetahui kalau rencana Mindo adalah membunuh Putri dengan melibatkan Ujang.

Subuh dini hari, sekitar pukul 05.00 WIB, Ujang terbangun dari tidurnya. Terdengar suara orang yang turun dari lantai dua, akan tetapi Ujang tidak mengetahhui siapa yang turun dengan tergesa-gesa dan kembali lagi naik ke kamar atas dan suara teriakan keras pun dari lantai dua (kamar Putri dan Mindo) terdengar olehnya. Sehingga Ujang memutuskan untuk melihat.

"Seperti orang yang berkelahi suami istri. Dengan rasa penarasan yang akhirnya saya berlari ke lantai dua sambil memegang pisau dapur bergagang pipa paralon kecil yang saya bawa dari rumah. Setelah saya lihat, Mindo dan Putri saling memukul. Yang akhirnya Putri tersungkur di depan kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Mungkin Putri terkejut kenapa ada saya di rumah itu," terangnya dengan memperagakan menggunakan tangan.

Setelah Ujang terlihat oleh Putri, Mindo pun langsung memeluk Putri dari belakang, dan membekap mulut Putri sambil menarik tangan Putri yang satu lagi agar tidak berontak. Ketika itu, Mindo menyuruhnya untuk memanggil Ros agar membawa Kesya ke bawah. Dan selanjutnya Ujang meletakkan pisaunya di atas meja TV yang ada di dalam kamar tersebut.

"Saya langsung ke bawah panggil Ros yang sedang tidur, agar secepatnya ke atas membawa Kesya."

Setelah itu, Ujang kembali ke atas bersama Ros. Ujang melihat Mindo sudah memegang sebilah pisau bergerigi yang diambilnya di sekitar meja TV tersebut. Ujang pun kembali mengarahkan tangannya untuk mengambil pisaunya yang diletakkan di atas meja TV. "Jang, cepat tusuk," perintah Mindo kepada Ujang.

"Saya tusuk sekali Putri dan meriang kesakitann sambil memberontak, serta menggigit tangan kiri Mindo. Mindo kembali menyuruh saya untuk menusuk perut Putri, dan akhirnya ssaya tusuk tujuh kali. Terakhir karena Putri belum juga mati, Mindo menggorok sekali leher Putri sampai mau putus," cerita Ujang, yang menurutnya, aksi bejat Mindo itu terlihat oleh Kesya. Lalu Mindo berteriak, "Ros, cepat bawa Kesya ke bawah!"

"Benar Ros?" tanya penyidik Kejati kepada Ros. "Iya, Kesya melihat Putri digorok oleh Mindo," jawab Ros.

Setelah Putri terbunuh dengan tujuh tusukan dan gorokan di lehernya, Mindo menggeret Putri ke dalam kamar mandi di kamar tersebut. Selanjutnya, Mindo menyuruh Ujang untuk membersihkan darah segar yang mengalir di lantai. Mindo pun mandi untuk bersih-bersih di kamar mandi itu dan selanjutnya siap-siap dengan pakaian rapi (pakaian Dinas Polri) untuk kembali dinas di Mapolda Kepri.

"Mindo membersihkan badannya di kamar mandi itu juga, sementara Putri ada di dalam kamar mandi itu?" tanya penyidik lagi.

"Iya. Setelah rapi dengan pakaian Dinasnya Mindo turun dari lantai dua sambil memegang kantong plastik berwarna hitam yang berisikan pakaian piaminya dan pisaunya yang berlumuran darah," jawab Ujang.

Sebelum Mindo beranjak dari rumahnya yang dijemput oleh seseorang wanita cantik keturunan Tionghoa, Mindo menyuruh Ros untuk membukakan pintu, lantas wanita berkulit putih itu langsung saja masuk ke dalam rumah bak sudah mengetahui aksi yang dilakukan Mindo.

"Sambil turun tangga, Mindo menyuruh saya membersihkan darah di lantai, dan menyuruh saya memasukkan Putri ke dalam koper merah," ujar Ujang yang ditanya penyidik bagaimana cara Ujang memasukkan Putri ke dalam koper merah.

"Saya lipat tiga Pak badan Putri agar bisa masuk. Tapi sebelumnya mata Putri yang terus meihat saya, saya tutup karena saya takut dia bangun, juga dengan lidahnya yang terjulur keluar saya tutup, makanya saya ikat kedua kaki dan tangan menggunakan pakaian dalam Putri dan Kesya. Ros juga membantu saya membersihkan darah, sementara pagi itu Kesya main sendiri dengan mainannya di bawah."

"Sebelum pergi, Mindo memberikan saya ATM BNI, BCA dan nomor PIN yang saya salin dari salinan Mindo di selembar kertas yang saya robek-robek. Mindo juga memberikan saya uang sebesar RP 500 ribu untuk diisikan bensin mobilnya sebesar Rp 300 ribu, tetapi hanya saya belikan Rp 50 ribu, karena saya pikir untuk bisaya kami bertiga."

"Mindo tidak memberikan saya uang sebesar Rp 25 juta seperti yang dijanjikan Mindo kepada saya. Padahal Mindo bilang, bahwa paling lambat akan diberikan tiga hari setelah kejadan itu. Mindo juga bilang kalau saya tidak percaya Kesya dibawa saja sebagaijaminan. Kalau dalam tiga hari Mindo tidak menyerahkan uang Rp 25 juta, Mindo menyuruh saya untuk kembali ke rumahnya dengan Kesya," kata Ujang.

Dalam adegan demi adegan yang diceritakan Ujang dan Ros, yang sebelum Mindo keluar rumah bersama seorang wanita cantik yang tidak dikenal keduanya. Mindo menyuruh Ujang membuang mayat Putri di jurang hutan Telaga Punggur, tepatnya di Kampung Dalam. Itu merupakan lokasi yang telah dipantau oleh pelaku dan otak pelaku pembunuhan yang keji ini. Dan menyebutkan kepada Ujang bahwa nanti kalau sudah berada di Punggur usai membuang jasad istri Mindo, jangann terkejut melihat sebuah taksi berwarna merah mengekori mereka karena taksi tersebut merupakan orang suruhan Mindo.

"Saya pun menyetop taksi itu bak menaiki layaknya penumpanng biasa. Meski tahu sopir tersebut adalah orang suruhan Mindo, setelah sampai di Nagoya tepatnya di Hotel Bali saya tetap membayar sebanyak Rp 75 ribu dari sisa uang yang diberikan Mindo. Sisanya untuk membayar kamar hotel sebesar Rp 227 ribu, untuk makan saya, Ros dan Kesya," terang Ujang.

"Saya tidak memberitahukan kepada Mindo tempat kami menginap. Yang selanjutnya saya dan Ros diketahui oleh polisi pada Sabtu malam. Tapi, sebelum itu saya sempat pulang untuk mandi, mencuci dan membayar utang di dekat rumah saya," ujar Ujang, yang dalam penggebrekan di Hotel Bali diketahui oleh Mindo.

Kala itu banyak polsi dan sekuriti. Mindo datang belakangan sambil memukul Ujang dan Ros dengan perlahann agar terlihat oleh keluarga kandung Putri yang ikut melakukan pencarian bersama Mindo. Ros juga mendapat perlakukan yang sama oleh Mindo, sama yang dirasakan Ujang bahwa pukulan Mindo kepada keduanya hanyalah triknya agar tidak terlalu mencolok.

"Sebelum saya berada di Polsek Batam Kota, saya diletakkan di sebuah ruangan kosong. Di sanalah saya bertemu kembali dengan Mindo yang diikuti adik Putri. Mindo memukul dada saya dengan pelan sambil bilang kepada saya, "Jangan kuatir Jang, satu minggu ke depan kamu akan saya bebaskan."

"Tapi saya tidak bersuara, takut diketahui oleh adik Putri," sebut Ujang, menceritakan dengan lancar atas beberapa adegan dengan barang bukti yang digunakan dakam kasus tersebut.

Ros juga menerangkan, pada saat digerebek polisi di sebuah kamar Hotel Bali. Ros bertemu dengan Mindo beberapa kali sambil memukul dirinya. Mindo bertanya ke mana perhiasan dan HP BB yang diserahkan Mindo saat mau pergi kerja usai membunuh majikannya Putri Mega Umboh.