Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menhub Sebut Kapal Roro akan Pangkas Biaya Angkutan
Oleh : Redaksi
Minggu | 26-02-2017 | 18:31 WIB
Tol-Laut.jpg Honda-Batam

Kapa Roro KM Caraka Jaya Niaga III-4 yang digunakan untuk kapal angkutan niaga tol laut Jakarta-Natuna-Tarempa (Anambas)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi lakukan peninjauan pada kapal angkutan jenis roll on-roll off (roro) yang menjadi angkutan utama tol laut. Pasalnya, kapal tersebut akan lebih efisien.

Budi Karya mengatakan, penggunaan kapal roro sebagai angkutan ini lebih efisien dibandingkan melalui jalan raya. Hal ini dikarenakan dapat menekan biaya yang dikeluarkan .

"Meskipun harus membayar Rp1.200.000 tetapi tetap lebih murah. Kita akan jadikan format di tempat - tempat yang lain," ujarnya saat mengecek Kapal Mutiara Timur I di Dermaga Eks President Pelabuhan Tanjung Priok, Minggu (26/2/2017).

Dengan menggunakan kapal roro, angkutan barang dapat menghindari berbagai pungutan liar serta menghemat pemakaian solar.

"Tadi saya tanya dengan sopir, sederhana dia bilang, tidak ada yang mengganggu, saya bisa tidur, gaji tetap. Jadi saya pikir banyak pihak yang mendukung," tambah Budi.

Guna memaksimalkan angkutan tol alut ini, Budi juga meminta pihak PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) untuk menyediakan kapal roro yang lajunya di atas 20 knot. Sehingga baik harga maupun waktu tempuh tetap kompetitif dengan jalur darat. "Harganya kompetitif tapi kecepatan juga baik," ujarnya.

Saat ini kapal roro dimiliki oleh pihak swasta yaitu PT Atosim Lampung Pelayaran, sebanyak lima kapal. Ke depannya Pemerintah akan mengusahakan penyediaan kapal roro melalui PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).

Seperti diketahui, sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melepas kapal Roro trayek tol laut Jakarta-Natuna-Tarempa-Jakarta, Selasa sore (25/10/2016) laludi pelabuhan Tanjung Priok.

Menhub didampingi dirut PT Pelni Elfien, dirjen perhubungan laut A. Tonny Boediono, serta pejabat dilingkungan perhubungan mengatakan, dengan adanya pengoperasian trayek tersebut merupakan perbaikan dari yang sebelumnya per 21 hari menjadi sebulan dua kali (15 hari sekali).

“Ada Improvement (peningkatan) yang terjadi, di mana tadinya kita harus 21 hari ke sana, sekarang lebih pendek 15 hari. Artinya setiap 15 hari ada lebih 300 ton, bahkan 400 ton, nanti meningkat 500 ton kita supply ,” katanya.

Kapal KM Caraka Jaya Niaga III-4 yang digunakan sebagai kapal tol laut tersebut akan beroperasi secara berjadwal untuk melayani kebutuhan logistik di pulau Natuna.

Kapal tersebut memiliki bobot 3.000 DWT, sehingga diharapkan mampu mengatasi segala kondisi cuaca untuk menjamin kepastian jadwal kapal. “Kapal yang mengangkut logistik berupa kebutuhan bahan pokok dan alat berat untuk bongkar muat barang, forklift dan alat bantu lainnya diperkirakan tiba di Natuna pada 29 Oktober 2016,” katanya.

Budi mengatakan kapal tersebut akan beroperasi dengan frekuensi kedatangan kapal setiap 14 hari atau dua kali dalam sebulan dengan rute Jakarta-Natuna-Tarempa-Jakarta.

Tol Laut Logistik merupakan program yang digagas Kemenhub dengan skema kerja sama sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyediakan sarana dan prasarana transportasi serta bahan komoditas yang diangkut, yaitu PT Pelabuhan Indonesia II dengan anak perusahaan PT MTI (Multi Terminal Indonesia, PT Pelni dengan anak Perusahaan PT Pelni Logistik dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) membentuk satu konsorsium dengan menggunakan metode mendekatkan gudang ke masyarakat.

Konsorsium tersebut akan menyediakan sarana dan prasarana transportasi untuk mengirim barang kebutuhan pokok sampai ke gudang di Natuna.

Menhub berharap dengan adanya kapal tol laut ke Natuna ini harga-harga bahan pokok menjadi lenbih stabil, sehingga disparitas harga dapat ditekan. “Satu daerah harganya akan stabil, lebih jauh dari itu bagaimana keseharian ketersediaan barang menjadi lebih baik. Kita tahu harga di pusat dan daerah bermasalah dan fungsi di dalamnya belum terlalu baik, karenanya dengan suatu proses pengiriman barang ke Natuna ini kita akan meningkatkan keseimbangan ekonomi, efisiensi, yang memberikan dampak ekonomi yang baik pada dua tempat,” katanya.

Meskipun antara Jakarta dan Natuna, disparitasnya tidak terlalu jauh, yaitu sekitar 30 persen, namun kepastian kapal bisa terjamin.

Budi menambahkan kedua tempat, baik Jakarta maupun Natuna akan memainkan peran yang resiprokal, yaitu dari Jakarta dikirim bahan pokok, sementara dari Natuna dikirm ikan-ikan segar.

“Perikanan Nusantara akan mengumpulkan ikan-ikan yang diperoleh dari sana dengan jumlah tonase yang besar untuk dikirmkan ke Jakarta,” katanya.

Untuk itu, menurut dia, antara BUMN yang terlibat harus mengupayakan penguatan sistem, konsistensi dan ketepatan waktu. “Bersama Pelni dan RNI kita menguatkan apa yang kita rancang,” katanya.

Editor: Surya