Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ekosistem Padang Lamun di Teluk Ambon Terancam
Oleh : Redaksi
Sabtu | 11-02-2017 | 12:14 WIB
Padang-Lamun1.jpg Honda-Batam

Ekosistem Padang Lamun. (Foto: Terangi)

BATAMTODAY.COM, Batam - Padang lamun di perairan Teluk Ambon terancam rusak berdasarkan hasil pemantauan Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPLD-LIPI) yang menunjukan adanya penurunan kondisi habitat tumbuhan laut tersebut yang signifikan sejak 2011.

"Padang lamun menunjukkan adanya penurunan kondisi pada enam tahun terakhir ini," kata Peneliti PPLD-LIPI, Hanung Agus Mulyadi di Ambon, Jumat.

Hanung yang juga ketua tim monitoring Teluk Ambon mengatakan dari tujuh lokasi pemantauan, hanya di pesisir desa Halong, kecamatan Baguala yang kondisinya mengalami peningkatan.

Sedangkan empat lokasi lainnya, yakni pesisir Tanjung Tiram serta kelurahan Lateri, Waiheru dan Passo, kecamatan Baguala kodisinya telah mengalami penurunan.

Dua lokasi sisanya, seperti Tantui, kecamatan Sirimau dan desa Hative Besar kecamatan Teluk Ambon telah mengalami kerusakan akibat proyek reklamasi. "Teluk Ambon menjadi salah satu kawasan pesisir penting di Provinsi Maluku. Berbagai aktivitas masyarakat sangat berpengaruh pada kondisi lingkungan perairan," katanya.

Aktivitas berlebih di daerah daratan dan kawasan perbukitan oleh masyarakat, kata Hanung, salah satunya adalah sering terjadinya konversi lahan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) kota Ambon akan mengurangi daya dukung terhadap Teluk Ambon di masa mendatang.

Karena itu, pematauan kondisi Teluk Ambon secara rutin menjadi salah satu cara untuk menentukan arah pengelolaan sumber dayanya. "Akumulasi dari seluruh hal ini, akan mengurangi daya dukung Teluk Ambon dalam beberapa tahun ke depan," ujarnya.

Hanung mengemukakan, tidak hanya padang lamun, hasil proses pemantauan Teluk Ambon selama 2016 juga menunjukan adanya perubahan terhadap habitat rumput laut. Jumlah jenis maupun individu rumput laut pada Oktober 2016 lebih rendah dari pada 2015.

"Rendahnya perolehan jumlah jenis maupun individu rumput laut kemungkinan disebabkan oleh kerusakan ekosistem perairan pantai," tandas Hanung.

Sumber: Antaranews.com
Editor: Yudha