Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hasil Penelitian, Ini Efek Negatif Susu Sapi buat Wanita
Oleh : Redaksi
Sabtu | 11-02-2017 | 11:02 WIB
Susu-sapi1.jpg Honda-Batam

Memerah susu sapi. (Foto: Tempo.co)

BATAMTODAY.COM, Batam - Susu sapi memiliki banyak manfaat, contohnya sebagai sumber kalsium serta protein. Susu juga menjadi pilihan banyak orang sebagai menu sarapan karena efeknya yang mengenyangkan, sehingga dapat membantu mengurangi konsumsi makan siang.

Namun, penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan di Jurnal Nutrisi mengungkap satu pengaruh lain dari susu. Susu sapi disebutkan dapat memperlambat menopause. Sayang, manfaat itu disertai risiko lain: munculnya kanker.

Selama dua dekade, tim peneliti dari Universitas Harvard dan Rumah Sakit Perempuan Brigham meneliti kondisi kesehatan dan sejarah menopause dari 46.000 perempuan. Mereka menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi susu skim umumnya mengalami menopause 3.6 bulan lebih lama daripada mereka ,yang tidak mengonsumsi produk susu sama sekali.

Ini bukan kabar baik, mengingat penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan bahwa setiap satu tahun tertundanya menopause, maka resiko untuk mengidap kanker payudara meningkat hingga 2,5 persen. Penundaan ini juga disebut-sebut memiliki pengaruh terhadap menningkatnya resiko untuk terkena kanker endometrium.

Penelitian ini membuktikan bahwa susu sapi mengandung sejumlah metabolit – molekul hasil metabolisme yang dapat meningkatkan jumlah hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh wanita. Tingkat kandungan yang tinggi dari kedua hormon tersebut dapat menyebabkan penundaan menopause. Susu skim -- atau susu rendah lemak – mengandung lebih banyak metabolit tersebut, sehingga mereka yang meminum susu sapi biasa tidak akan mengalami penundaan menopause.

Namun, apakah ini berarti konsumsi susu skim harus dihentikan sama sekali? Para peneliti menjawab bahwa itu tidak perlu. Mereka tidak mengukur resiko kanker pada mereka yang meminum susu. Selain itu, penundaan menopause yang ditimbulkan susu juga tidak terlalu tinggi untuk bisa memicu kanker. Namun, peneliti menyarankan bagi para pecinta susu untuk mulai mengurangi konsumsi susu.

Sumber: Tempo.co
Editor: Yudha