Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Akmal Atatrik, Jurnalis Senior Kepri Tutup Usia
Oleh : Charles
Kamis | 13-10-2011 | 20:12 WIB
Wakil_Gubernur_Provinsi_Kepri_Surya_Respationo_dan_ketua_DPRD_Tanjungpinang_Suparno_saat_Melayat_Almarhum_Akmal_Atatrik.jpg Honda-Batam

Wakil Gubernur Provinsi Kepri Surya Respationo dan ketua DPRD Tanjungpinang Suparno saat Melayat Almarhum Akmal Atatrik

TANJUNGPINANG, batamtoday -  Akmal Atatrik, jurnalis senior di Provinsi Kepulauan Riau tutup usia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjungpinang pada Kamis (13/10/2011) sekitar pukul 01.45 WIB dini hari. Akmal wafat pada usia 63 tahun, meninggalkan 1 orang istri dan 4 orang anak serta 6 orang cucu.

 

Kepergian Pemimpin Redaksi (Pemred) koran mingguan Radar Kepri ini, cukup mengejutkan semua pihak khususnya, kalangan pers serta sejumlah pejabat dan partai Politik di Kota Tanjungpinang dan Provinsi Kepri.

Akmal Atatrik yang lahir di Payakumbuh pada 28 Februari 1948, dikenal sebagai wartawan tulis yang telah malang melintang sejak Kabupaten Kepulauan Riau masih bergabung ke Propinsi Riau serta menjadi saksi sejarah terbentuknya Kota Otonomi Tanjungpinang dan Provinsi Kepulauan Riau.

Kendati sebelumnya sudah mengeluh sakit, namun pembawaan dan sosok Akmal selalu tegar. Istri almarhum, Sri Wati, mengakui dirinya maupun anak-anaknya tidak menyangka orang yang mereka cintai itu pergi begitu saja. 

“Sebelum bapak di opname di RSAL, ibu masih disuruh ke Jakarta untuk mengantar kakak. Memang bapak sudah mengeluh pinggangnya sakit. Baru sampai di Jakarta, ibu diberitahu kalau bapak sudah masuk RSAL,” kata Sri Wati dengan wajah duka yang mendalam.

Penyakit yang diderita suaminya, dikatakan Sri Wati bermula dari sakit ginjal yang sudah dideritanya beberapa tahun belakangan. Sebelumnya, almarhum sudah berobat ke Malaysia dan dokter di sana melakukan operasi dan memasang selang pada ginjal almarhum.

Penyakit ini mulai menganggu lagi satu bulan terakhir, almarhum sering merasa kelelahan. Puncaknya, Jumat (7/10/2011) lalu, mantan perintis Riau Pos itu harus dilarikan ke Rumah Sakit AL Tanjungpinang.

“Ibu tidak tahu pasti bagaimana keadaan bapak saat berobat ke dokter Anik sebelum dibawa ke RSAL, ibu lagi di Jakarta. Tetapi awal sakitnya itu dari ginjalnya, bapak susah buang air kecil. Jadi airnya masuk ke paru-paru lalu terjadilah penyempitan jantung. Akibatnya bapak susah bernafas,” terangnya lagi.

Lebih lanjut dijelaskan, karena peralatan untuk cuci ginjal di RSAL tidak ada, kakek dari 6 cucu itu terpaksa di rujuk ke RSUD Tanjungpinang. Namun saat dilakukan pencucian ginjal di ruang ICU RSUD Tanjungpinang, almarhum tampak kesakitan dan nafasnya kian tersengal sehingga pencucian ginjal dihentikan. Dengan mata yang menerawang, Akmal Atatrik masih mengenali istri dan anak-anaknya namun nafasnya kian melemah dan denyut nadinya kian turun. Sampai akhirnya, almarhum menghembuskan nafas terakhir.

Pandangan Beberapa Tokoh Tentang Akmal Atatrik

Rasa kehilangan bukan saja berasal dari keluarga dekat almarhum, namun orang nomor satu di jajaran Pemerintah Kota Tanjungpinang, Suryatati A Manan, turut merasa kehilangan sosok seorang wartawan senior yang berani bicara apa adanya.

“Dia orang yang sangat peduli dengan perkembangan budaya, perkembangan daerah. Lewat tulisannya beliau memberikan saran-saran. Beliau memang menulis tanpa basa basi. Saya sangat kehilangan atas sosok seorang wartawan senior yang berani bicara apa adanya,” kata Suryatati saat melayat dirumah duka.

Walau tulisan Akmal Atatrik banyak memberikan kritik khususnya bagi Pemkot Tanjungpinang, tetapi bagi Tatik kritik tersebut menjadi motivasi untuk berbuat kepemimpinan lebih baik. Perjuangan Akmal untuk terbentuknya kota Otonom Tanjungpinang  satu hal yang membuatnya tidak bisa melupakan sosok perintis PWI Riau dan Kepulauan Riau tersebiut.

“Ya, dia suka mengkritik yang sifatnya membangun, positif dan sehat. Beliau juga berperan dengan terbentuknya kota otonom, dan kepeduliannya sangat besar. Saat kita menghadapi hambatan, bang Akmal akan turun tangan langsung untuk memperjuangkan,” bebernya.

Sementara itu, di mata Ribut Suryadi, budayawan Tanjungpinang, sosok Akmal Atatrik adalah seorang wartawan yang keras, teguh pendirian. Begitu banyak kenangan yang tidak bisa dilupakannya bersama almarhum. “Kalau dia sudah bilang hitam ya hitam, kalau dia bilang putih ya putih. Walau saya bukan pengagum tulisannya tapi saya sering memberikan masukan. Dia sahabat saya yang baik, yang ringan tangan untuk membantu,” kenangnya.

Wakil Gubernur Kepri, Soerya Respationo, yang turun ke rumah duka turut merasakan kehilangan  sosok pria kelahiran Sumatera barat tersebut. Bagi Surya, Akmal seorang penulis yang tegas sekaligus kader partai PDI Perjuangan terbaik yang suka menolong.

“Beliau suka berbuat tanpa pamrih. Baik itu lewat tulisan ataupun secara langsung. Kalau ada masalah beliau tidak pernah menyimpannya sampai menjadi dendam. Orangnya suka bergurau. Kami benar-benar kehilangan,” kata Soerya.

Kenangan akan sosok Akmal Atatrik juga tidak terlewatkan oleh Huzrin Hood, salah seorang tokoh pendiri pembentukan Provinsi Kepri. Menurutnya Akmal adalah sosok  wartawan fenomenal.

“Dia vokal mengkritisi situasi. Saat memperjuangkan pembentukan Provinsi Kepri, beliaulah yang dapat meyakinkan Rida K Liamsi untuk membantu modal awal pembentukan P4KR, badan yang memfasilitasi pemekaran Kepulauan Riau,” ungkapnya.

Walau diakuinya, terkadang dia dan almarhum tidak sehaluan namun silahturahmi tidak pernah putus. Bahkan ketika dirinya berada di penjara Suka Miskin, Akmal Atatrik sempat mengunjunginya.

“Kita sempat makan dan foto bersama, kita juga pernah mengunjungi Brunei Darussalam bersama. Dia selalu memberikan masukan lewat saya, saat dialog PDAM, PLN, FTZ dan sebagainya,”kisah Huzrin.

Rumah duka di Jalan Sore, Sungai Jang itu silih berganti didatangi pelayat. Kehadiran tokoh-tokoh penting Kepri maupun pejabat dari Pemko dan Pemprov serta masyarakat sekitar serta kuli disket, menunjukkan sosok Akmal Atatrik yang dikenal luas banyak kalangan. Papan bunga ucapan turut berduka cita terus bertambah hingga jasad almarhum dibawa keperistirahatan yang terakhir. Bupati Bintan, Ansar Ahmad, ikut mengantarkan almarhum ke pemakaman umum Batu 7, tak jauh dari makam anaknya, Erick Atatrik.

“Bapak tak pernah sakit parah seperti ini, nafas bapak sesak,” inilah ucapan terakhir almarhum untuk batamtoday saat membesuknya di RSAL Tanjungpinang.

Selamat jalan Jurnalis Senior, semoga yang Maha Kuasa memberikanmu tempat yang damai.