Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Di Hadapan Jokowi, Iwan Fals Melupakan “Galang Rambu Anarki”?
Oleh : Redaksi
Minggu | 08-01-2017 | 09:47 WIB

Oleh Thowaf Zuharon

SAUDARAKU  sebangsa dan setanah air yang sedang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, ketika engkau resah dililit berbagai kenaikan harga kebutuhan hidup pada awal Januari 2017 ini, segeralah laporkan dan merataplah kepada Iwan Fals. Yakinlah, khusus di Negara Indonesia ini, selain engkau meratapkan doa kepada Tuhanmu, hanya Iwan Fals yang bisa mendengar ratapan keluh kesahmu dan menyelesaikan keruwetan hidupmu.

Engkau sudah mengerti, tentunya, sejak tahun 1970-an, Iwan adalah musisi yang selalu bisa menyuarakan keresahan dan kesengsaraan rakyat Indonesia. Lagu-lagunya selalu bisa menjadi pelampiasan kita atas himpitan situasi.

Manfaatkanlah ketajaman batin dan empati Iwan Fals terhadap rakyat kecil yang tak pernah lelah memprotes penguasa sejak masa Presiden Soeharto hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Rasakanlah letusan nada-nada lagu yang dirangkai Iwan Fals untuk menyerang kebijakan penguasa yang dianggap lalim. Titipkanlah kemarahan dan kekecewaanmu kepada Iwan, atas penguasa yang ingkar janji saat kampanye.

Hanya Iwan yang bisa mengobati luka hatimu dengan melodi dan liriknya yang selalu tajam menguliti keangkuhan penguasa. Apalagi, Iwan sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo sejak masa kampanye Gubernur DKI Jakarta tahun 2012. Iwan pasti bisa menjadi sandaran harapanmu jika kebijakan pemerintahan Jokowi membuat hidupmu sengsara.

Mana mungkin engkau bisa berharap kepada wakil rakyat yang dulu dihujat Iwan Fals lewat lagunya. Tidak mungkin engkau bisa berharap kepada berbagai tokoh dan Menteri di sekitar Jokowi, supaya bisa mengingatkan Jokowi agar tidak melenceng ketika menjadi Kepala Negara. Cuma Iwan Fals yang bisa protes dengan tulus dan jujur kepada Presiden dan berbagai pemimpin Indonesia tanpa hambatan psikologis atau hutang budi di masa lalu.

Jadi, jika engkau kecewa, marah, dan menderita atas kenaikan harga berbagai kebutuhan hidup di Indonesia pada pemerintahan Jokowi, segeralah curahkan kepada Iwan Fals. Pasti Iwan Fals akan marah dan protes keras kepada Jokowi. Minimal, Iwan akan membuat lagu protes baru yang akan menghujat berbagai kebijakan Jokowi yang menyengsarakan rakyat. Sebagaimana Iwan Fals dulu sangat berani untuk menyindir dan memprotes Pemerintahan Presiden Soeharto.

270 juta penduduk Indonesia, segeralah sampaikan kepada Iwan Fals atas kekacauan isi dapurmu pada bulan januari 2017 ini. Meja makanmu akan lebih sepi dan lebih dingin dari biasanya. Kantong belanjaanmu pasti menipis karena meroketnya harga cabai di Sorong yang melebihi Rp200.000, merangkaknya harga bawang putih, bawang merah, beras, minyak goreng, Ayam, dan sebagainya.

Jangan lupa menangislah di depan Iwan Fals atas melonjak tajamnya harga pajak kendaraan bermotor, bahan bakar kendaraan, listrik, hingga harga langganan air PAM yang bisa mencekik dompet dan rekeningmu. Merontalah di depan Iwan, bahwa Bangsa Indonesia bisa mengalami kelaparan seperti lagu “Ethiopia”.

Namun, janganlah sekali-kali engkau khawatirkan kondisi ini, Saudaraku. Karena Iwan Fals akan segera berteriak di depan Istana Negara dengan lantang, melantunkan perih lagu “Manusia Setengah Dewa” yang dirilis pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Yakinlah, Saudaraku. Iwan Fals akan memimpin seluruh komunitas Orang Indonesia (OI) yang merupakan basis massa pengidola lagu-lagu Iwan. Jumlah massa OI yang bisa mencapai belasan juta, atau mungkin puluhan juta, tentu akan lebih besar memadati seluruh ruas Jakarta dibanding jumlah peserta aksi 212. Mereka semua akan merangsek ke Istana Negara di Medan Merdeka Utara, Jakarta. Iwan tidak akan memimpin massa untuk demo anarkhis, melainkan akan membuat konser Protes yang membahana semalam suntuk.

Inilah Lagu “Manusia Setengah Dewa” yang akan dilantunkan Iwan untuk Presiden Jokowi

Wahai Presiden kami yang baru

Kamu harus dengar suara ini

Suara yang keluar dari dalam goa

Goa yang penuh lumut kebosanan

Walau hidup adalah permainan

Walau hidup adalah hiburan

Tetapi kami tak mau dipermainkan

Dan kami juga bukan hiburan

Turunkan harga secepatnya

Berikan kami pekerjaan

Pasti kuangkat engkau

Menjadi manusia setengah dewa

Reff:

Masalah moral masalah akhlak

Biar kami cari sendiri

Urus saja moralmu urus saja akhlakmu

Peraturan yang sehat yang kami mau

Tegakkan hukum setegak-tegaknya

Adil dan tegas tak pandang bulu

Pasti kuangkat engkau

Menjadi manusia setengah dewa

Kembali ke: Reff

Turunkan harga secepatnya

Berikan kami pekerjaan

Tegakkan hukum setegak-tegaknya

Adil dan tegas tak pandang bulu

Pasti kuangkat engkau

Menjadi manusia setengah dewa

Wahai presiden kami yang baru

Kamu harus dengar suara ini

Begitu lantang dan garangnya lagu Manusia Setengah Dewa itu ketika kita dengarkan. Betapa hormatnya kita kepada Presiden Jokowi, ketika ia berkenan memutar lagu ini setiap pagi hari di Istana Negara, sembari sarapan bersama anak dan istrinya? Ataukah sebaiknya, lagu “Manusia Setengah Dewa” ini menjadi lagu wajib yang harus diperdengarkan kepada siapa pun Presiden yang sedang memimpin Indonesia? Jika Presiden Jokowi bisa memenuhi harapan lirik Iwan Fals, tentu Iwan akan menjuluki Jokowi sebagai Manusia Setengah Dewa.

Namun, entah kenapa, sejak Jokowi menjadi Presiden, kita kehilangan sisi kritis dan protes dari Iwan Fals. Kita belum pernah mendengar Iwan melontarkan kritik tajam kepada Presiden Jokowi. Padahal, pada berbagai kebijakan, rakyat banyak merasa disengsarakan.

Jujurlah saja, engkau pasti merindukan Iwan yang selalu “protes sosial”, seperti dulu. Engkau tentu tidak terlalu bahagia ketika disapa Iwan di televisi yang menjadi bintang iklan produk kopi. Serasa bukan Iwan Fals ketika tidak melakukan protes dan perlawanan. Bukan Iwan Fals kalau tampil sebagai pembela sebuah Rezim yang dianggap lalim.

Diakui Iwan Fals ataupun tidak, ia telanjur menjadi ikon penghantam kekuasaan lalim dengan lagu “Bongkar”, “Bento”, “Surat Buat Wakil Rakyat”, “Oemar Bakri”, “Rekening Gendut”, “Politik Uang”, “Dunia Politik (Asik Nggak Asik)”, “Robot Bernyawa”, “Rubah”, “Bangsat”, “Untukmu Negeri”, “Tikus-Tikus Kantor”, “Negara”, “Manusia Setengah Dewa”, “Galang Rambu Anarki”, dan sebagainya.

Jika hendak dibedah secara ideologis, lagu-lagu Iwan banyak menggelorakan semangat “Sosialis Radikal”. Iwan selalu gelisah dan meninju ketidakadilan dengan dementing nada. Maka, sangat mengherankan, ketika situasi negeri ini dianggap oleh mayoritas kelompok masyarakat sebagai pemerintahan kacau balau di bidang apa pun, Iwan Fals justru banyak diam dan tersenyum di tengah penderitaan rakyat.

Protes masyarakat melalui media sosial, kini jauh lebih sarat kritik sosial tajam dibanding lagu-lagu Iwan Fals. Ataukah Iwan sudah memang kehabisan daya kritis dengan naiknya Jokowi sebagai Presiden? Ketika Pancasila dihina oleh Australia, ketika indikasi invasi buruh-buruh Republik Rakyat China banyak merangsek ke Indonesia, ketika jurang kaya dan miskin semakin menganga, ketika kondisi Pemerintahan Daerah dikangkangi oleh Dinasti Keluarga Konglomerat Ahli Patgulipat, kita menjadi bertanya, di mana suara Iwan Fals? Atau, ketika Iwan sudah tidak berani kritis, apakah sebaiknya kita ganti saja julukan Iwan Fals menjadi Iwan Merdu saja?

Wahai saudaraku para OI yang setia kepada idola, ketika Iwan hanya diam melihat sebuah pemerintahan yang melenceng dari keadilan, tak bersuara seperti kerbau dicocok hidungnya, kita kehilangan Iwan Fals yang sangat kita banggakan. Iwan Sang Musisi “Sosialis Radikal”, apakah sudah melupakan “Kredo” agung yang dia sematkan kepada anak sulungnya yang telah almarhum? Bukankah Bang Iwan telah telanjur mengabadikan “Galang Rambu Anarki” menjadi nama anak sekaligus judul lagu?

Di tengah segala harga kebutuhan hidup yang merontokkan seluruh kas keuangan masyarakat Indonesia, ketika kehidupan telah semakin pahit dan Chaos, apakah Iwan Fals akan segera mengajak Orang Indonesia (OI) untuk Meng-Galang Rambu dan melakukan Anarki sebelum terselenggaranya Pilkada serentak ini? Entahlah. Yang jelas, si Sulung Galang Rambu Anarki telah tidur tenang di liang lahat. Di tengah semua harga yang meroket pada Januari ini, engkau pasti menunggu Iwan Fals bernyanyi keras lagu ini di depan Istana Negara;

Galang rambu anarki, anakku

Lahir awal januari menjelang pemilu

Galang rambu anarki dengarlah

Terompet tahun baru menyambutmu

Galang rambu anarki ingatlah

Tangisan pertamamu ditandai bbm

Membumbung tinggi (melambung)

Reff:

Maafkan kedua orangtuamu

Kalau tak mampu beli susu

Bbm naik tinggi

Susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi

Mungkin bayi kurang gizi (anak kami)

Galang rambu anarki anakku

Cepatlah besar matahariku

Menangis yang keras, janganlah ragu

Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku

Doa kami di nadimu

Betapa perih lagu tersebut, saudaraku. Arwah Galang Rambu Anarki di alam kubur tidak akan rela ayahnya berganti julukan dari Iwan Fals yang selalu bersuara kritis, berubah julukan menjadi Iwan Merdu.

 Penulis adalah penulis buku "Ayat-Ayat yang Disembelih dan Mencokok Ahok‎".