Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mengapa Resolusi Tahun Baru Anda Sering Gagal? Ini Solusinya...
Oleh : Redaksi
Sabtu | 31-12-2016 | 09:50 WIB
lari.jpg Honda-Batam

Belilah sepatu lari dan mulailah lari jarak pendek sebelum menetapkan resolusi berlari marathon. (Foto: Getty)

SELAMA empat tahun terakhir, saya punya resolusi yang sama setiap 1 Januari: perhatian saya tidak akan teralihkan oleh chat atau berbagai aplikasi di smartphone saya; saya akan hadir dan menghargai momen ini.

Tapi, karena saya terus-terusan menjadikan hal itu sebagai resolusi, saya jadi sadar, butuh lebih dari sekadar tradisi tahunan untuk menghilangkan kebiasaan tersebut. Dan saya bukan satu-satunya.

Banyak dari kita menggunakan masa menjelang Tahun Baru untuk menetapkan target bagi diri kita sendiri yang sulit untuk dicapai; mulai dari kenaikan jabatan di tempat kerja yang tak pernah terjadi, kebiasaan berolahraga yang pada Februari nanti sudah terlupakan, atau target akan menjalani hubungan yang terlalu kabur.

Pada kasus saya, saya menetapkan target yang sulit diukur sehingga saya merasa sudah gagal, walaupun mungkin tidak. (Sejujurnya, saya juga sudah lupa akan resolusi lain soal karir dan menjaga kesehatan)

Penelitian dari University of Scranton yang kemudian dikumpulkan oleh Statistic Brain menunjukkan bahwa hanya 8% orang yang bisa memenuhi resolusi Tahun Baru yang mereka buat.

"Bahkan dari awal pun, ada elemen kegagalan dan menunda tugas (dalam resolusi)," kata Timothy Pychyl, kepala asisten dosen atau associate professor di bidang psikologi di Carleton University di Ottawa, Ontario, Kanada, yang penelitiannya berfokus pada procrastination atau menunda-menunda pekerjaan.

Rasa Gagal

Tentunya ada dampak positif dari membuat resolusi pada Tahun Baru, karena dengan membagikan atau memberitahu resolusi tersebut pada orang lain, ada kewajiban untuk setidaknya memenuhi target tersebut. Namun kenyataannya, resolusi Tahun Baru sulit dilakukan atau dipenuhi.

Sebagian dari masalahnya adalah kita kadang memilih target yang paling tidak realistis karena kita keliru berasumsi bahwa kita bisa "menjadi orang yang benar-benar berubah" di Tahun Baru, kata ahli psikoterapi Rachel Weinstein, salah satu direktur Adulting School di Portland, Maine, yang mengajarkan kemampuan personal dan keuangan untuk klien mereka yang berusia millennial.

Masalah ini kemudian menjadi semakin parah saat kita mendengar tentang target-target luar biasa yang dibuat oleh teman dan kolega kita pada akhir tahun, berbarengan dengan serbuan iklan-iklan pemasaran seputar fenomena budaya ini.Pada kenyataannya, "perubahan terjadi secara kecil dan dengan perlahan," kata Weinstein.

Bagi banyak orang, membuat resolusi Tahun Baru, tanpa disadari, seringnya menyulitkan mereka sendiri, kata Joseph Luciani, seorang psikolog dari Cresskill, New Jersey, AS, yang berfokus pada teknik self-coaching.

Setelah beberapa kali tak bisa memenuhi resolusi tersebut, kita hanya akan merasa gagal dan kegagalan ini membuat kita merasa tidak menjalani hidup seperti yang diinginkan atau direncanakan, katanya.

"Niatan atau rencana yang kita buat saat liburan itu hanya rencana kosong...dari penuh semangat kita langsung berpikir ah ini terlalu sulit," katanya.

Jika Anda serius dengan resolusi Tahun Baru nanti, segera mulailah melakukannya. Jangan menunggu sampai 1 Januari.

Dengan menunggu sampai Tahun Baru nanti, ada "budaya penundaan yang dibentuk", artinya orang akan merasa positif saat menjelaskan atau menceritakan resolusi mereka pada orang lain, tapi merasa sulit untuk memenuhinya pada Tahun Baru, kata Panych.

Dan berhati-hatilah jika Anda ingin memberi tahu resolusi tersebut pada teman Anda, sebelum Anda mencapai kesuksesan.
Menurut penelitian Panych, bahkan tanpa melakukan aksi atau tindakan untuk memenuhi resolusi tersebut, kita sudah merasa sukses hanya dengan mengumumkan dan memamerkan ambisi kita sebelum target tercapai.

"Kadang-kadang, ini adalah hal terburuk yang bisa Anda lakukan, memberitahu semua orang, karena ini sudah memberi semacam imbalan buat Anda. Yang menang adalah Anda yang sekarang, sementara Anda di masa depan, akan kalah."

Tetapkan Target Sederhana

Mungkin ini kedengarannya kurang ambisius, tapi jika Anda ingin mencapai atau menyelesaikan resolusi tersebut, tetapkan target yang mudah dipenuhi sejak awal.

Yang lebih baik lagi, kata Weinstein, tentukan resolusi awal yang kemudian bisa Anda naikkan lagi tahapannya ke tingkatan yang lebih sulit. Contohnya, tambahkan jadwal hari ketiga di gym jika Anda sudah berhasil berolahraga dua kali dalam seminggu.

Sukses akan lebih mudah tercapai dan Anda pun akan mendapat tambahan rasa percaya diri yang akan membantu dalam memenuhi target yang lebih sulit.

Jika resolusi Tahun Baru terlalu mudah, "tak ada yang salah jika Anda menambahkan target baru di bulan Februari untuk resolusi tersebut," katanya.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani