Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Geliat Ekonomi Rakyat di Tepian Sungai Martapura
Oleh : Saibansah
Selasa | 20-12-2016 | 08:00 WIB
pasarterapung1.jpg Honda-Batam

Rakyat yang sedang berjualan di tepian Sungai Martapura Banjarmasin Kalimantan Selatan. (Foto: Saibansah)

SIAPA yang tak sesak dada, menyaksikan kenyataan pahit, Timnas Garuda digulung 2:0 oleh Thailand di Final AFF 2016. Untungnya, kekecewaan itu segera sirna begitu menyusuri tepian Sungai Martapura, malam itu. Melihat geliat ekonomi rakyat Banjarmasin itu membuat hati bungah. Seperti apa geliat ekonomi di tepi sungai itu? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani dari Tepi Sungai Martapura Banjarmasin Kalimantan Selatan.

Nonton bareng (nobar) Final AFF 2016 antara Timnas Garuda Indonesia melawan Thailand di Gedung Menara Pandang Sungai Martapura Banjarmasin, Sabtu 18 Desember 2016 malam itu, memberi sensasi berbeda. Selain dapat menyaksikan perjuangan Boaz Solosa dan kawan-kawan membela merah putih, juga dapat melepas pandang jauh ke ujung sungai. Belum lagi angin yang malam itu berhembus lembut.

Tak hanya itu, nobar di jantung Kota Banjarmasin ini juga penuh emosi. Bagaimana tidak, dua pemain yang berasal dari klub kebanggaan warga Banjarmasin, Barito Putera, Rizky Pora dan Hansamu Yama Pranata itu tampil sejak menit pertama. Dan kebetulan, kedua pemain Timnas itulah pencetak gol yang mengantarkan Timnas Indonesia menang atas Thailand di leg pertama final Piala AFF 2016.

Sayang, harapan menang dan memboyong pulang Tropi Piala AFF 2016 meleset. Timnas Thailand terlalu tangguh untuk Timnas Garuda, di kandang mereka. Meski begitu, anak-anak Timnas Indonesia itu telah menampilkan perjuangan gagah berani yang membanggakan. Rakyat Indonesia bangga kepada kalian!

Lupakan bola sejenak, ayo menyusuri tepian Sungai Martapura yang telah dibangun oleh Pemerintah Kota Banjarmasin menjadi kawasan wisata yang bersih dan panjang. Kawasan wisata pantai terbersih di Indonesia dengan pasar rakyat asli. Di bagian kiri dan kanan sungai, telah dibangun pedesterian panjang yang nyaman untuk pejalan kaki.

Yang menarik, malam minggu itu puluhan sampan kayu klotok berjejek di Pasar Terapung Siring Sungai Martapura, tak jauh dari Tugu Bekantan "muntah". Ibu-ibu berjualan berbagai hasil bumi. Ada bahan-bahan dapur, buah-buahan, sayur mayur, wadai atau kue khas Banjarmasin seperti putu mayang, buras, lapat, jagung kukus dan kuliner khas Banjarmasin, seperti soto banjar, ketupat kandangan dan sebagainya.

Menariknya, semua kudapan dan hasil bumi itu dijejer di pinggir sungai, di atas papan kayu terapung. Bahkan, ada kapal kayu yang khusus menjual kuliner soto banjar. Sudah pasti, beda sensasinya menyantap soto di atas kapal kayu malam itu.

Semua yang berjualan adalah rakyat, ibu-ibu. Mereka ramah, murah senyum dan menjual dagangan mereka dengan harga murah. Ada buah mentega yang dijual Rp5000 per buah, dan buah-buahan lainnya. "Ini buah tidak ada di Batam, murah lagi," ujar Fredy, warga Karimun yang juga menikmati wisata pasar rakyat malam itu di Tepi Sungai Martapura.

Di pasar terapung ini, para pedagang merapat di area pinggiran sungai, dan pembeli berjalan di atas titian papan mengapung dengan alas bambu. Pasar terapung ini ramai dikunjungi dibandingkan Pasar Terapung Kuin dan Pasar Terapung Lokba Intan. Makin ramai malam itu, karena malam minggu dan pas dengan waktu Final Piala AFF 2016.

Yang menarik dicatat dari Pasar Terapung Siring Sungai Martapura ini adalah, tampak Pemerintah Kota Banjarmasin berhasil membangun kesadaran warganya untuk menjaga kebersihan di sepanjang tepian sungai. Buktinya, hampir setiap lima sampai 10 meter ada tempat sampah. Dan para pengunjung pun sadar arti menjaga kebersihan itu. Kebersihan yang merupakan bagian dari iman.

"Di sini aman bang, tidak ada preman," ujar driver hotel yang mengantar saya menuju pasar terapung kebanggaan Walikota Banjarmasin, Ibu Sina itu.

Semoga, ini bukan perjalanan terakhir saya ke Sungai Martapura atau Sungai Banjar Kecil yang nama aslinya Sungai Kayutangi itu.

Ayo belanja di pasar terapung Sungai Martapura.

Editor: Dardani