Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hitung Napas, Metode Deteksi Dini Balita Pneumonia
Oleh : Redaksi
Kamis | 24-11-2016 | 11:14 WIB
Balita1.jpg Honda-Batam

Hitung Napas, Metode Deteksi Dini Balita Pneumonia. (Foto: Ilustrasi)

BATAMTODAY.COM, Batam - Tahun 2015 lalu, 5,9 juta balita terjangkit pneumonia. Angka ini termasuk cukup tinggi di dunia. Angka pneumonia ini membuat Indonesia masuk dalam jajaran 10 besar epidemik pneumonia di dunia.

Meski Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat balita penderita pneumoia tertinggi di dunia, namun ini tak berarti penyakit ini tak bisa dihindari. Pengenalan gejala yang cepat dan penanganan tepat akan membantu menyelamatkan nyawa balita dari serangan pneumonia.

Berbagai upaya pengendalian pneumonia memang sudah digalakkan di lingkup dunia dan negara. Di lingkup dunia, WHO dan UNICEF secara terintegrasi merencanakan aksi global tangani pneumonia dan diare.

"WHO dan UNICEF merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif dan makanan tambahan yang memadai," kata Cissy B. Kartasasmita, Staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS di Jakarta beberapa waktu lalu.

Selain itu, dua lembaga kesehatan dan anak-anak ini juga menganjurkan untuk mencegah pneumonia dengan vaksinasi, cuci tangan dengan sabun, mengurangi polusi udara rumah tangga, pencegahan HIV, dan lainnya. "Sayang, yang paling sulit dicegah adalah polusi rokok," katanya.

"Zat sisa rokok akan merusak keseimbangan daya tahan tubuh balita lewat saluran pernapasan. Meski tak bersentuhan secara langsung dengan asap rokok, tapi ayah perokok akan punya residu di bajunya. Ini yang akan menyebar ke balita."

Cissy mengungkapkan bahwa bulu hidung (silia) jika terkena asap rokok tak akan berfungsi dengan maksimal. Bulu hidung ini fungsinya seperti sapu, tapi jika terkena asap, helaian bulu hidung akan lemas dan tak bisa menyaring kotoran yang masuk.

"Anak akan jadi batuk. Dan batuk bisa jadi salah satu pertanda anak terserang pneumonia."

Cissy juga mengatakan, orang tua tak boleh meremehkan balita batuk. Terutama jika disertai dengan napas yang cepat saat tidur.

"Ibu-ibu harus waspada dan menghitung napas anak saat tidur. Jangan sampai sudah anaknya batuk, pilek, dan napas cepat. Napas cepat itu warning serangan pneumonia," ujarnya.

Cara termudah untuk melakukan deteksi dini kasus pneumonia adalah hitung napas. Untuk balita berusia kurang dari dua bulan, batas napas cepat adalah lebih dari 60 kali per menit. Artinya, jika napas balita lebih dari 60 kali per menit, maka napasnya sudah termasuk napas cepat.

Untuk balita berumur 2-12 bulan adalah lebih dari 50 kali per menit. Sedangkan balita umur 12-59 bulan, batasan napasnya adalah lebih dari 40 kali per menit.

"Agar penghitungannya akurat, hitunglah dua kali. Selain itu, pastikan juga anak dalam keadaan tenang, tidak menangis."

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha