Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Terbesar Sepanjang Sejarah, 4.220 Pengungsi Tewas di Mediterania Tahun Ini
Oleh : Redaksi
Jum'at | 04-11-2016 | 14:04 WIB
Pengungsi-Tewas1.jpg Honda-Batam

Rekor, 4.220 Pengungsi Tewas di Mediterania Tahun Ini. (Foto: Metrotvnews)

BATAMTODAY.COM, Batam - Setidaknya 240 pengungsi dari Libya tewas saat kapal mereka karam di bagian selatan perairan Mediterania. Angka tersebut menambah jumlah keseluruhan pengungsi yang tewas di Mediterania sepanjang tahun ini mencapai 4.220 jiwa, terbanyak sepanjang sejarah.

Guardian melaporkan, perahu karet pengangkut pengungsi itu karam tak lama setelah meninggalkan pantai Libya pada Rabu (2/11) dan Kamis (3/11) pagi. Sekitar 31 korban berhasil selamat.

Juru Bicara Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Carlotta Sami, mengatakan bahwa laporan itu didapatnya dari testimoni para pengungsi yang berhasil selamat.

Berdasarkan laporan, tuturnya, dua perahu pengangkut pengungsi itu banyak diisi oleh anak-anak dan perempuann hamil.

"Para korban selamat memberikan laporan yang sama bahwa dua kapal tenggelam tak jauh dari pantai Libya. Mereka juga melaporkan kondisi kapal sangat buruk," kata Sami.

Walaupun angka migrasi dari Turki ke Yunani telah menurun drastis sejak kesepakatn antara Uni eropa dan Turki mengenai pengungsi terjadi, intensitas penyebarangan yang dilakukan oleh pengungsi Libya ke Italia masih cukup banyak.

Sejauh ini, terhitung sekitar 160 ribu pengungsi Libya telah tiba di Italia. Angka ini sedikit lebih tinggi dari tahun lalu.

"Jika tren pada bulan Oktober ini terus sama ke depannya, kemungkinan kita semua akan melihat jumlah kedatangan (pengungsi) yang lebih besar lagi (dibandingkan pada tahun 2014) nanti," ucap Sami.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, turut berduka atas kejadian yang menimpa para pengungsi ini.

Ia memaparkan, sebenarnya lebih banyak nyawa yang dapat diselamatkan jika negara Eropa mau secara sukarela menampung lebih banyak pengungsi daripada membiarkan mereka melakukan perjalan berisiko dengan menggunakan perahu.

"Perairan Mediterania merupakan perairan mematikan bagi para pengungsi dan imigran. Namun, tak ada pilihan lain bagi mereka (para pengungsi) selain mengambil risiko untuk menyeberangi lautan itu," kata Grandi.

Misi militer dari beberapa negara Eropa seperti Inggris telah dikerahkan guna menghentikan para penyelundup pengungsi dengan mencegat kapal pukat ikan yang diduga membawa pengungsi setelah mereka meninggalkan perairan Libya.

Banyak dari pengungsi Libya yang menganggap membahayakan nyawa mereka dengan melakukan perjalanan laut jauh lebih baik daripada bertahan hidup dengan situasi mengerikan di Libya.

Warga Libya masih dihadapkan dengan perang sipil antar kelompok politik yang berupaya menguasai negara itu sejak tewasnya mantan Pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, pada Oktober 2011 lalu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Organisasi Internasional untuk Migrasi, sekitar 70 persen warga Libya mengalami eksploitasi. Banyak diantara warga Libya juga yang mendapat penyiksaan oleh otoritas pemerintah Libya. Hal ini memperkuat dorongan warga Libya untuk melarikan diri mengungsi keluar dari negara mereka.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha