Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

RI-Singapura Kerja Sama Tingkatkan Keselamatan Pelayaran
Oleh : Redaksi
Jum'at | 04-11-2016 | 11:26 WIB
MoU-Keselamatan-Pelayaran1.jpg Honda-Batam

RI-Singapura berkomitmen untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura (Foto: CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)

BATAMTODAY.COM, Batam - Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (DGST) Kementerian Perhubungan dan Otoritas Pelabuhan dan Kemaritiman Singapura (MPA) berkomitmen untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura (Malaka-Singapura).

Komitmen itu ditegaskan dalam pertemuan tahunan "The 10th Meeting of the DGST-MPA Singapore Training Memorandum of Understanding (MoU)" yang merupakan kelanjutan dari penandatangan kerja sama pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, DGST- MPA Singapore Training MoU, pada 23 September 2005 lalu.

"Dalam pertemuan ini, kami membahas bahwa ke depan kami ingin kecelakaan pelayaran di Indonesia maupun di Singapura itu bisa lebih berkurang," tutur Rudiana, Direktur Perkapalan dan Kepelautan Kemenhub di sela pertemuan The 10th Meeting of the DGST-MPA Singapore Training MoU di Bali, Kamis (3/11/2016).

Rudiana mengungkapkan, hubungan baik antara Indonesia dan Singapura di bidang maritim selama ini terjalin dengan baik. Kedua negara menyadari pentingnya kemajuan pelayanan maritim di masing-masing negara mengingat letak geografis kedua negara yang berdekatan dengan dipisahkan oleh selat Malaka dan selat Singapura yang merupakan jalur pelayaran terpadat di dunia.

Dalam pelaksanaan Training MoU itu, berbagai bentuk training dan workshop dalam berbagai bidang yang diusulkan oleh Ditjen Hubla ke MPA Singapore dalam kerangka peningkatan dan kompetensi aparat telah dilaksanakan dengan baik.

"Hingga saat ini, sudah hampir 60 kegiatan workshop dan berbagai program pelatihan telah dilaksanakan untuk kurang lebih 900 orang pegawai Ditjen Hubla yang bertugas di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim di bawah kerangka Training MoU tersebut," ujarnya.

Bagi Indonesia, adanya kerja sama pelatihan di kedua negara memungkinkan aparat kemaritiman meningkatkan kompetensinya dengan belajar dari pengalaman Singapura.

Singapura, kata Rudi, biasanya lebih cepat dalam mengadopsi ketentuan Organisasi Kemaritiman Internasional (IMO) terkait navigasi dan pelayaran mengingat ukuran negaranya yang lebih kecil.

"Sumber Daya Manusia (SDM) kita kan masih terbatas dan Singapura mungkin sudah lebih maju, jadi kita bisa belajar," terang dia.

Sementara, bagi Singapura, kata Rudiana, diuntungkan karena Indonesia bisa membeli alat atau perlengkapan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pelayaran dan kepelabuhan dari Singapura.

Dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, otoritas kemaritiman di kedua negara bisa semakin optimal dalam menjaga kelancaran arus pelayaran di Selat Malaka-Singapura.

Dalam pertemuan ke-10 ini, kedua negara juga mengevaluasi beberapa training dan workshop yang telah dilaksanakan seperti Workshop on Bunkering pada 29-30 Agustus 2016, VTS Operator Refresher Training pada tanggal 21-23 September 2016, dll.

Pada kesempatan tersebut, Ditjen Hubla kembali mengusulkan sejumlah training atau workshop yang memang diperlukan bagi pengembangan kapasitas pegawai Ditjen Hubla dalam menjalankan tugasnya seperti Workshop on Mandatory IMO Audit Scheme Implementation, dan Marine Environment  Protection Course for MARPOL Annex I to Annex VI.

Senada dengan yang disampaikan oleh Rudiana, Deputy Director (International) MPA Singapore sekaligus Pimpinan Delegasi Singapura, Benjamin Wong, menyatakan apresiasinya terhadap kerja sama yang selama ini telah dibina oleh kedua negara.

“MPA Singapore dan Ditjen Hubla sangat menikmati hubungan baik di berbagai bidang yang telah terjalin selama ini," tutur Wong.

Secara terpisah, Kepala Seksi Kecelakaan Kapal dan Pemeriksaan Kapal Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub Wahyu Prihanto mengungkapkan, dalam setahun, rata-rata terjadi tiga hingga lima kali kecelakaan kapal di area Selat Malaka-Singapura yang masuk ke dalam wilayah Indonesia.

Angka itu, lanjut Wahyu, jauh berkurang dibandingkan dengan jumlah kecelakaan pelayaran lima tahun lalu yang mencapai 20 kecelakaan per tahun.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha