Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

BNPB Sebut Bencana Alam Meningkat Tahun 2016
Oleh : Redaksi
Senin | 31-10-2016 | 12:50 WIB
Ilustrasi-bencana-alam1.jpg Honda-Batam

Ilustrasi Bencana Alam.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pusat Pengendali dan Operasi Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sejak Januri hingga Oktober 2016 telah terjadi 1.853 bencana alam di Indonesia.

Seperti dilansir Tempo.co, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan bahwa bencana tahun ini lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Pada 2012 tercatat terjadi 1.811 bencana, 2013 terjadi 1.674 bencana, dan 2014 terdapat 1.967 bencana, sedangkan 2015 ada 1.732 bencana. "Diperkirakan jumlah bencana selama 2016 akan lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2014," katanya.

Menurut BNPT, dari 1.853 bencana itu sekitar 89 persen adalah bencana hidrometeorologi atau bencana yang dipengaruhi oleh cuaca seperti banjir, longsor, puting beliung dan gelombang pasang. Sisanya 9 persen adalah kebakaran hutan dan lahan, dan 2 persen bencana geologi seperti gempabumi dan erupsi gunung api. Bencana itu mengakibatkan 351 jiwa tewas.

Longsor adalah bencana yang paling mematikan, menyebabkan 149 jiwa tewas. Kemudian banjir menyebabkan 130 jiwa tewas dan kombinasi banjir dan longsor menyebabkan 45 tewas. Selain itu bencana telah menyebabkan 2,4 juta jiwa menderita dan mengungsi, 5.221 rumah rusak berat, 6.073 rumah rusak sedang, 18.441 rumah rusak ringan dan ratusan ribu rumah terendam banjir.

Dari sebaran kejadian bencana, Provinsi Jawa Tengah paling banyak mengalami bencana alam. 456 bencana terjadi di Jawa Tengah, menyusul Jawa Timur 298 kejadian, Jawa Barat 256 kejadian, Kalimantan Timur 174 bencana, Aceh 70 bencana, Sumatera Barat 69 bencana.

Seiring meningkatnya curah hujan maka bencana diprediksi akan meningkat pula. Puncak hujan diperkirakan berlangsung antara Desember 2016 hingga Februari 2017 nanti. Daerah-daerah rawan banjir, longsor dan puting beliung berpotensi tinggi mengalami bencana.

Cuaca ekstrem yang bersifat lokal seperti yang telah terjadi di Garut dan Bandung dapat terjadi dimana saja. Terlebih lagi pasokan uap air dari selatan Jawa masih berlimpah karena hangatnya suhu muka air laut Samudera Hindia di selatan Jawa. Kritisnya daerah aliran sungai, minimnya kawasan resapan air, tingginya degradasi lingkungan dan banyaknya permukiman yang berkembang di daerah rawan bencana menyebabkan daerah makin rentan menghadapi bencana. Untuk itu masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaannya sekaligus lebih peduli dan merawat lingkungan.

Sumber: Tempo.co
Editor: Yudha